Peliharaan Tante-Tante (Pemuas Nafsu)

Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran. Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang. “Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry” kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya. Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat. “Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?” tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya. “Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan. “Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Mira agak sewot. “Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku sambil tersenyum. “Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya” tanyaku pada Tante Mira. “Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Mira. “Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?” tanya Tante Mira dengan wajah serius. “Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia” jawabku serius juga. “Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia” kata Tante Mira was-was. “Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo” jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya. “Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh” katanya lagi sambil menghembuskan nafas. “Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian. “Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Mira kemudian. Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang. Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon. “Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?” tanya Tante Yo dari seberang. “O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?” jawabku sambil bertanya. “Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?” tanyanya lagi. “Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Yo. “Serius dong, gimana kamu okekan?” tanya Tante Yo lagi. “Kalo gitu oke dech” jawabku singkat. Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering. “Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante Yomemberitahukan kamarnya. “Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby” jawabku singkat dan menutup pembicaraan. Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu. “Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu. “Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung” jawabku. “Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he” jawab Tante Yo bercanda. Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo. “Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini” kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas. “Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya. Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum. “Terima kasih sayang” kata Tante Yo. Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya. Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya. “Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi. Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.

“Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku. Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur. “Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu. Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo. Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas. “Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang” teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian. Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya. Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo. “Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila” teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya. Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku. “Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. ” jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu. Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo. “Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu” pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo. Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo. “Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh” jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo. Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar. “Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo. “Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh” teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku. Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan. Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo. “Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante” kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku. “Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh. Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan Tante Mira.

---TAMAT---
readmore »»  

Janda yang Suka Brondong (Kisah Cinta Menantu dan Mertua)

Ketika anakku Lucy pacaran dengan Tono, aku terkesima, melihat gelagatnya. Diasuka tersenyum padaku. Aku yakin, dia seorang play boy. Tapi demi anakku, aku berusaha tenang, atas sikapnya yang suka genit padaku. Mulanya aku melarang dengan cara halus, agar Lucy tidak pacaran dengan Tono, tapi Lucy bersikeras, akan menjadikannya sebgai suami. Akhirnya terpaksa kuterima lamarannya, karean Lucy sudah hamil tiga bulan lebih. Sebagai janda, aku sedih memestakan pernikahan anakku satu-satunya.

Sebagaijanda, aku memang suka mencari brondong. Jelasnya aku seorang tante girang. Aku butuh sex. Butuh kenikmatan, walau usiaku sudah 38 tahun. Saat aku digoda oleh Tono, waktu diamengantarku ke kantorku, aku menepisnya dan memarahinya. AKu buka usaha sendiri, memang aku seorang pngusaha wanita yang sukses.
"Awas kamu kalau kamu berani-berani lagi menggodaku," bentakku di atas mobil, saat dia mulai meraba pahaku. Anehnya, dia hanya tersenyum dan terus menggodaku.

Jika aku salah, inilah kesalahanku. AKu sangat butuh sex. Akhirnya, aku tak sadar, kalau Tono membuntutiku. Di puncak, aku dipergikinya sedang mesra-mesraan dengan seorang pemuda berusia 21 tahun, tiga tahun lebih muda dari Tono menantuku. Aku demikian pucat dan gemetar. Dengan galaknya, Tonomenampar laki-laki brondong itu dan mengusirnya, sampai bibirnya berdarah. Anakbrondong itu pun pergi.
"Maafkan ibu, Ton," kataku berbasa-basi.
"Mama munafik. Ketika aku mendekati mama, mama jual mahal," katanya.
"Tapi aku kan mertuamu?"
"Yang jelas, mama perempuan dan aku laki-laki. Mama jauh lebih cantik dibandingkan Lucy," katanya merayuku. Di tanganku masih tergenggam kunci kamar. Memang kami belum sempat masuk kamar. Baru asyik duduk mesra dan laki-laki brondong itu sedang memelukku dan mencium bibirku dan aku balas memeluknya. Saat asyik demikian, aku dipergoki oleh Tono dan aku tak bisamengelak lagi.

Tono merapatkan tubuhnya padaku. Aku dipeluknya dan mencium bibirku di balik taman kecil di sebuah sudut di Puncak. Elusannya, membuatku bergidik. AKu tak mampu mengelak, karean sebenarnya sejakawal bersama laki-laki brondong tadi, aku sudah horny. Tono pun meremas buah dadaku. Walau buah dadaku masih terbungkus oleh bra dan pakaian, terasa remasannya demikian menggairahkan diriku. Tono pun menarikku ke kamar. Di sentapnya kunci dari tanganku dan dia membuka pintu. Begitu masuk, dia langsung mengunci kamar. Aku degdegan.

Tono langsung menyergapku. Aku dipeluknya. Aku berusaha menolaknya, karean dia menantuku.
"Mama... jangan main-main ya. Mama sudah melakukan kesalahan besar," ancamnya. Aku terdiam tak berkutik. AKu takut, diamelaporkan hal ini pada anakku Lucy. Selama ini aku adalah segala-galanya bagi Lucy. Akulah malaikatnya dan akulah panutannya.

Tono mengecup bibirku dengan lembut sekali. Sebalah tangannya meremas-remas pantatku. Lidahnya bermain dalam mulutku. Aku pun tak mampu menolaknya dan aku memberinya respons. Lidah kami bertauitan. Satu-satu pakaianku lepas dari tubuhku. Sekujur tubuhku dia jilati. Dia berjongkok di lantai dan aku masih berdiri dalam keadaan bugil. Lubang pepekku dijilatinya, Klitorisku dihisap-hisapnya. Aku cepat basah. Terasa nikmat sekali. Tak pernah ada laki-laki demikian pintar mempermainkan klitorisku dengan lidahnya. Saat dia berjongkok itu, diamelepas pakaiannya. Kami sudah bertelanjang bulat berdua.

Tono memelukku dan menggendongku lalu merebahkan diriku ke atas ranjang. Kembali klitorisku dijilat dan dihisap-hisapnya. Aku mengelinjang. Tono masih berjongkok di lantai. Kedua kakiku berada di bahunya. Lidahnya bermain di vaginaku. Sesekali dia menjilati duburku. Aku menggelinjang. Aku tak yakin Tono mau menjilati lubang duburku. Ujung lidahnya aku rasakan memasuki lubang duburku. Setidaknya dua tiga centimeter. Lalu lidah itu dia putar-putar dalam duburku. Oh... aku seperti tidak mengetahui aku berada di dunia mana. Dia demikian pintar dan sangat pintar bahkan.

"Ayo Ton... dimasukin..." jeritku.
"Sebentar, Ma. Tungu mama orgasme dulu," katanya terus menjilati memekku menghisap-hisap klitorisku, bergantian menjilati lubang duburku.
Tak tahan aku atas perlakuannya. Kuremas-remas rambutnya. Akhirnya aku menjepit kepalanya dengan kuat melepaskan orgasmeku. Saat aku menjepit kepalanya dengan kedua pahaku, saat itu, jilatannya semakin menjadi-jadi. Aku pun melepas nikmatku yang luar biasa. Sampai aku terkulai. Nafasku ngos-ngosan. Alu lemas.
"Bagaimana, Ma... Nikmat?" Tono tersenyum manis sekali dalam pandanganku. AKu tak menjawab, hanya memejamkan mataku saja dengan mengatur nafasku. Pipiku diciumnya denga lembut dan penuh kasih sayang. Leherku dikecupnya dan buah dadaku dia elus-elus dengan lembut. Oh....

Aku merasakan pepekku sudah sangat basah. Aku merasakan ada lendir yang meleleh dari celah vaginaku. Bagaikan bayi, aku diperlakukan dengan kasih sayang oleh Tonio. Aku merasakan elusannya yang demikian lembut menghanyutkan diriku. Lidahnyabermain pda pentik tetekku. Tangannyamengelus-elus pepekku yang basah. Ketiakku dia jilati, leherku, telingaku dan sekujur tubuhku, sudah basah olehludahnya. Sampai akhirnya lidahnya kembali bermain di pepekku yang basah dan berlendir. Aku mendengar lidahnya menjilati pepekku dan menelan lendir yang keluar dari pepekku itu. Oh... tak pernah seorang laki-laki pun melakukan hal ini padaku.

Aku menggelinjang dan ingin meminta agar Tonomemasukkan kemaluannya ke pepekku. Suaraku sudah susah keluar. KUraba ******nya dan kutarik tubuhkua agarmenindihku. Kutuntun ******nya memasuki pepekku. Uh...

Aku sangat terkejut. Lubang pepekku terasa penuh oleh ******nya. Perlahan dia mendorong ******nya ke dalam pepekku. Perlahan diamenariknya. Saat dia tekan, aku merasakan semua lubang pepekku penuh. Akubaru sadar, kalau ******nya demikian besarnya. Walau aku tak melihat dengan jelas, aku dapat merasakan, kalau belum pernah merasakan ****** yang demikian besar dan panjang. Mungkin sudah ratusan laki-laki muda yang memasukan ******nya ke dalam pepekku dan aku membayarnya. Selama ini, aku selalu meremehkan laki-laki, agar bayarannyabisa didiskon. Dan biasanya mereka menerimanya saja, karean aku mengatakan aku tidak dapat dipuasinya. Tapi Tono, tak mungkin aku mengatakannya demikian, karean aku kewalahan dibuatnya.
Secara teratur, Tono mencucuk dan menarik ******nya di pepekku. Iramanya teratur, dan tusukannya mengganjal jauh di lubang pepekku. Aku benar-benar tak bisabberbuat apa-apa selain memberinya respons yang hangat. Biarlah aku melupakannya sebagai seorang menantu. Tono benar, dia laki-laki dan aku perempuan, walau ada hubungan menantu dan mertua. Aku tak tahu malu lagi. Aku mengerang-erang kenikmatan. mendesis-desis dan memeluknya kuat-kuat.
"Ton... ayo tmbak sayang. Mama sudah mau sampai ni..." desisku. Tono memelukku dan mempercepat cucuk-tariknya di pepekku. Dan... aku tak mampu menahannya dan memeluknyasemakin kuat. Demikian Tono memelukku erat sekali dan menekankuat-kuat dalam gayakelembutannya, tapi aku merasakan kebuasan di balik kelembutannya itu. Crot...crooot...croooot.... Lendirnya yang banyak menyemprot di dalam pepekku. AKu merasakan kehangatannya dan aku juga melepaskan kenikmatanku. pepekku basah sekali.
Tidak seperti laki-lakilain. Selesai melepaskan spermanya, dia langsung membelakangaiku. Tono tidak. Dia justru mengecup bibirku dan membelai rambutku. Layaknya aku diperlakukan seperti anak bayi. Aku pas sekali.
"Bagaimana, Ma/ Puas kan???" bisiknya dengan nafasnyayang masih belum teratur. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman.
"Mama semakin cantik saja, Ma. Senyum mama menggodaku. Aku mau lagi..." bisisknya.
"GIla kamu Ton. Istirahat dulu. Mama gak sanggup." Dia tersenyum manis dan membelai-belaiku. Sepuluh menit, aku ke kamar mandi mencuci pepekku. Tono mengikutiku dan dia juga membersihkan dirinya. Seusai kecing dan melap dengan handuk, Tono memelukku dari belakangdan menciumi tengkukku. Aku merinding.
"Sudah sayang, nanti lagi," kataku. Tono tak melepas pelukannya dan terus menjilati tengkukku. Dia rapatkan ******nya ke lubang anusku.
"Jangan sayang. Pasti sakit," tolakku. Tono terus merangsangku.
"Nanti mama akan tau, bagaimana nikmatnya. Sakitnya hanya satu menit tapi nikmatnya sepanjang hidup," katany merayu. Aku digendongnya ke ranjang, menelungkupkan diriku. Dijilatinya lubang anusku. Lama juga dia menjilati anusku. Aku merasakan lubang anusku mulai kemat-kemit dan basah oleh lidahnya.
"Mama menungging, Ma," pintanya. Aku mengikutinya. ******nya mulai menyentuh lubang pepekku. Dua cuck cabutdan cucuk cabut. Aku merasakan enaknya. Laludia menahan cucukannya di lubang anusku, dan perlahan diamulai menekannya. Aku merasakan enak. Takan lalu dia hentkan bebarapa saat. Kemudian diatekan lagi, dia hentikan, dia tekan lagi dan akhirnya aku merintih, karean mulai terasa sakit.
"Sabar, Ma, " katanya menahan ******nya. Aku merasakan dinding anusku diludahnya. Tonoberdiri di lantai dan aku menungging dio tempat tidur. Tono meminta aagar aku mengembang kemb\piskan anusku. Tak terasa, aku pikir dia sudah menahan ******nya, tapi dia menusuk ******nya sangat perlahan-sekali, sampai tidak terasa ****** itu sudah habis memasuki anusku. Pantatku di remas-remasnya. Sesekali dia juga meremas kedua tetekku dan menjilati punggungku. Tonomenarik ******nyaperlahan dan aku merasakan nikmatnya. Sebelah tangannya mengelus-elus klitorisku. Kemudian diamencucuk ******nya lagi dan menariknya, semua berjalan dengan operlahan-lahan dan lembut. Akupun mulai merasakan nikmatnya. Makin lama, makin cepat cucukan ******nya pada anusku. Aku menikmatinya sampai aku menjerit histeris kenikmatan. Aku [un merasakan ******nya mengcil dan keluar dari anusku. Saat itulah kenikmatan kedua kaliya tak dapat kubendung.

"Bagaimana, Ma? Sakitnya hanya sekejap kan. Tapi nikmatnya...?"
"Ah. Kamu ada-ada saja, Ton," kataku genit. Aku sudah lupa kalau dia menantuku.
Tak lama, kami pun ke kamar mandi. Kami mandi abersama dalam bathtub. salig emnyabuni dan begitu mesranya. Tak pernah lai-laki memperlakukan aku sedemikian mesra.
Kami pun pulang bersama. Dia menyetirmobi, karean menurutnya, ketika dia membuntutiku, dia naik taksi.
Hatiku sangat berbuga-bunga

Setelah sekian banyaknya brondong yang aku pakai, aku harus mengakui kehebatan menantiku. Tapi haruskah? Dia menantuku. Tapi godaannya, selalu membuatku selalu ingin disetubuhinya. Haruskah aku berbagi ****** dengan anakku sendiri? ****** itu adalah ****** menantu Tono.
Tono seorang bertubuh atletis, karean dia rajin Fitness. Tinginya 176 Cm. AKu sendiri hanya 154 Cm dengan berat badanku hanya 46 Kg. Jika berjalan denganya, orang selalu usil dan mengatyakan aku seperti masih brondong pula, karena tubuhku.

Kami pagi, aku, Tono mengantarkan keberangkatan Lucy anakku untuk mengikuti studi banding dari kantornya ke Sulawesi. Dia akan pulang Senin pagi. Pukul 09.20 pesawatnya take off dari bandara. Dengan cepat kami menuju mobil. Tono meminta agar kami ke rumah saja, karean dia sudah ingin bersetubuh denganku. Dia tak masuk kerja dan minta izin melalui HP, dengan alasan sakit. Aku tersenyum.
"Kamu harus ikuti syarat ku."
"Apa itu?"
"Aku harus kamu puasi selama beberapa hari ini. Dan tidak mau dari dubur. Aku mau kamu bor vaginaku sampai aku sangat puas. Bagaimana setuju?" Tono mengangguk dan tersenyum tanda setuju. Kami pun tiba di rumah

Begitu garasi tertutup, kami langsung menguci gerbang dan semua jendela kami tutup, lalu kami menghidupkan lampu teras. Seakan kami tidak berada di rumah. Sebelumnya kami sudah mempersiapkan cemilan untuk persiapan kami tidak keluar rumah sampai Senen pagi kami menjemput Lucy ke Bandara. Aku melepaskan semua pakaianku, hingga bugil. Kupaksa Tono untuk berbugil juga. KUajak dia ke lantai tiga yang luas. Rumah kami adalah rumah tertinggidi antara penduduk. Di lantai tiga, ada tembok setinggi 180 Cm untuk menjemur. Juga ada kursi dan meja tempat bersantai. Bir dan cemilan sudah tersedia. Tono memelukku dan menciumi tuuhku. Diangkatnya aku ke atas meja dan dia mulai menjilati sekujur tubuhku. Aku demikian merasa melayang dan nikmat.

"Merry... ayo sayang, aku pangku," katanya. Aku terkesima, Tono memanggil namaku. Ada panggilan sayang darinya membuatku semakin melambung. Tono duduk di atas kursi dan aku diangkatnya mengangkangi tubuhnya dan memasukkan kontiolnya ke memekku. Aku memeluknya. Tonomenuang bir ke dalam galas besar bercampur es dan meneguknya. Aku kebagian juga.

"Kamu milikku. AKu tidak mencintai Lucy. Aku mencintaimu," katanya jujur. Aku terkejut.
"Kenapa bukan aku saja yang kamu lamar ketika itu?"
"Aku tak mau kau tertawai aku, karean perbedaan usia kita. Kuputuskan melamar Lucy dan aku yakin, aku pasti akan mendapatkanmu dengan berbagai cara."
"Kini?"
"Ya... Kini kau milikku. Upayakan bagaimana caranya kamu tidak hamil," katanya. Aku meganguk dan menikmati penuhnya memekku diisi oleh ****** penantuku Tono. Ditariknya rambutku, hingga wajahku mendongak. Dia tuangkan bir dari mulutnya ke mulutku. Aku meneguknya. Matahari semakin meninggi. Kami berkeringat. Tubuhku kami penuh kerinat. Lelehannya kami biarkan demikian saja. Aroma tubuh kami menyatu, membuat aku semakin bergairah.
"Pernahkah kau menemukan kenikmatan seperti yang aku berikan, Mer?" Aku menggeleng. Memang harus kuakui, kehebatannya. Dia mampu tidak orgasme selama satu jam, walau dia terus memompa memekku. Apa lagi diam seperti ini. Tonomembuka roti dan menyudorkannya ke mulutku. Kami makan roti sembari berpelukan. Sebuah handuk kecil dia ambil dari jemuran tak jauh dari tempat duduk kami. Dia melap tubuhku dn tubuhnya, karena ceceran keringan kami yang berlebihan.
"Aku ingin kamu pompa di tempat tidur," pintaku.
"Di atas meja saja, ya?" Akhirnya aku mengangguk. Diangkatnya tubuhku dan diletakkannya ke atas meja. Ketika diaberdiri, ******nya persis ke memekku dalam keadaan berdiri. Diisapinya tetekku dan dijilatinya. Diremas-remasnya lalu memekku dia pompa dengan teratur. Setiap ******nya dia tarik, aku merasakan gesekan yang sempurna, demikian juga ketika ******nya dia cucuk. Aku orgasme. Lendir banyak meleleh dari memekku.
"Berhenti sebentar sayang. Aku sudah orgasme," kataku. Tono tersenyum. Dia berikan aku seteguk bir dingin menyegarkan kerongkonganku. Kemudian dia menarik tanganku dan aku dipeluiknya serta digendongnya. ******nya masih tegang dan aku dibawanya berjalan-jalan di lantai tiga itu dalam gendongannya. Sebelah tangannya menopang pantatku dan sebelah memelukku. Telingaku dikecupnya denganlumat.

"Kamu adalah kelinciku yag paling manis," bisiknya.
"Puaskan aku. Aku ingin kepuasan. Aku tak puas dalam sex," kataku berbisik pula di terik mata hari panas.
"Ya... sebentar lagi, aku akan membuatmu orgasme," bisiknya.
"Bawa aku ke tempat tidur dan tindihlah tubuhku," pintaku. Tono tersenyum Dia berjalan membawaku menuruni tangga ke lantai dua. Dia tolak pintu dan kami memasuki kamar tidurku yang luas. Tono duduk di sisi tempat tidur dan mengelus-elus tubuhku yang masih banjir keringat. Diisapinya tetekku dan pentilku sesekali digigitnya.
"Ayo telentangkan. Atindih aku dan pompalah sepuasmu, sampai aku orgasme lagi," pintaku. Perlahan Tonomelentangkan tubuhku di atas ranjang. Dia menindihku dengan menopangkan kedua tangannya di sisiku. Wajahku, pas pada pentil teteknya. Aku mengisapinya dan menggigit-gigit perlahan pentil itu. Kuremas pantatnya dan kukangkangkang kedua kakiku, agar ******nya bebas memompaku.

Turun naik pantatnya dan keluar masuk ******nya, membuatku benar-benar melayang. Gesekan-gesekan ******nya pada dinding memekku, terasa demikian indah. Ujung ******nya terasa menyundul-nyundul jauh di dalam memekku. Aku tersedak-sedak dan membuatku seperti tak mampu mengeluarkan kata-kata.

"******mu luar biasa, Ton," bisikku.
"Mer, Memekku juga sayang. Aku tak puas-puasnya dengan memekmu. Bibirmu, lidahmu yang demikianmenggairahkan," bisiknya pula. Tak ada lagi malu di antara kami. Aku sangat menikmatinya.
"Aku mau keluar. Kau sudah siap sayang?"
"Siap Ton. Semprotkan spermamu yang banyak dan berkali-kali," pintaku. Tono menekan ******nya kuat ke dalam memekku dan menindihku dari atas dengan penuh. Crot..croot.. crooottt... Sperma itu terasa memenuhui ruang memekku dan aku merasakan kehangatannya yang luar biasa, sampai aku memeluknya dengan kuat pula dan melepaskan nikmatku. Kami berpelukan kuat, kemudian Tono menarik selimut untuk menutupi tubuh kami. Kami terus berpelukan.

Setelah membersihkan tubuh kami, kami turun ke lantai bawah dan makan bersisian. Kami makan dalam keadaan telanjang, berpelukan, dan Tono menyuapi aku. UH... laki-laki maa yang mau melakukan itu padaku. Tono demikian memanjakan diriku.
Tak lama Tono sudah mengangkat tubuhku dan kembali menggendongku. Dia memasukkan ******nyake dalam memekku. Begitu cepatnya ****** Tono keras. AKu dipeluknya sembari menyuapi mulutku dengannasi dan lauk-pauk.

"Kamu tak puas-puasnya, sayang," kataku disela mengucah nasiku.
"Ya aku tak pernah puas bila denganmu Mer," katanya.
"Ya... sama. AKu memang tak pernah puas kalau bersetubuh. Ingin rasanya aku orgasme 100 kali dalam sehari. Mungkin aku sudah kelainan jiwa atau kelaianan sex," kataku.
"Lucy tak mampu melayaniku. Aku mampu 6 sampai 7 kali dalam semalam," katanya. Bahkan lebih, kalau tidak Tono tidak merasa hidup.
Ah... ternyata antara aku dan Tono sama-sama memiliki kelainan sex. Tak sedekit pun aku dilepasnya dari tubuhnya. Mencuci memekku dia lakukan, menyuapiku, memberiku minum dan semuanya, tanpa lepas dari dirinya. Aku ingin dia bosan dan ingin dia kewalahan, maka aku rancang kami harus bugil, ternyata aku yang kewalahan.

"Sudah pukul 15.00 lebih. Kita mandi yuk," bisikku. Tono membawaku ke kamar mandi dan menghidukan air dalam bath tub. Kami masuk ke dalamnya. Aku tetap tak dia lepaskan. Tetap dalam pelukannya, bagaimana induk monyet yang tak melepas anaknya dari gendongannya.
Air berkecipak dalam kamar mandi. Kami saling menyabuni. ****** Tono terusberada di dalam memekku. Rasanya tak ingin dialepas sedikitpun. Aku pun demikian, aku ingin ada las untuk menguatkan ****** tak lepas dari memekku. Gila!.

Tubuh kami dilap pakai handuk dan aku tetap dalam gendongannya. DImana aku bisa menemukan seperti ini. Dimana? Suamiku sendiri, hanya mencelupkan ******nya, tak sampai 15 menit sudah menumpahkan spermanya, saat aku masih belum apa-apa.
Makan malam, nonton tv dengan suara yang sangat kecil dan keremangan lampu agar orang tak melihat cahaya dari luar dan tetap mengira kami berada di luar rumah, ******nya tetap berada di dalam memekku. Sampai pukul 21.00 Wib, aku mengajaknya bobo agar besok pagi kami segar kembali dan aku sudah terlalu letih. Di kamar, Tono memompa ******nya dan melepaskan spermanya berkali-kali ke dalammemekku. Kami pu tertidur pulas sampai pagi.

---TAMAT---
readmore »»  

Berbagi Kenikmatan (Nafsu Membara di Kamar Kos)

Di sebuah kamar kos yang terlihat cukup lebar, seorang gadis cantik nampak sedang terduduk di atas ranjang. Tangan kanannya nampak sedang meraba-raba vaginanya sendiri yang permukaannya tertutupi oleh bulu-bulu tipis berwarna hitam. Memang saat ini bagian bawah tubuh gadis tersebut tidak tertutup apapun lagi, karena celana pendek coklat maupun celana dalam putih polos yang semula dikenakannya kini tergeletak di sampingnya.

Sedangkan tangan kiri gadis tersebut juga terlihat sibuk memilin-milin sendiri puting payudara kirinya. Tubuh atas gadis tersebut memang saat ini masih terbalut kaos ketat berwarna kuning, namun posisi bra putih yang dikenakakannya kini sudah bergeser dari posisinya semula.
Gadis cantik itu bernama Reisha. Ia berumur 19 tahun dan baru saja menginjak semester 3 di salah satu perguruan tinggi yang cukup bonafit di kota tersebut.

Saat ini Reisha memang sedang dilanda birahi karena memang sebentar lagi dirinya akan mendekati masa menstruasi. Masa-masa seperti ini bagi seorang gadis seperti Reisha memang menjadi saat dimana libido sedang tinggi-tingginya. Sebagai seorang jomblo, tentunya Reisha tidak memiliki pasangan yang bisa ia ajak menyalurkan hasrat birahinya. Maka dari itu masturbasi pun menjadi satu-satunya cara yang paling efektif sebagai penyaluran birahinya saat ini.

Kedua mata Reisha nampak terpejam mencoba untuk menghayati rabaan demi rabaan yang ia lakukan sendiri pada tubuhnya. Sesekali desahan kecil terdengar dari mulut gadis cantik tersebut, ketika rabaannya menyentuh puting dan klitorisnya sendiri. Namun ketika semua usahanya ini hampir memperoleh” hasil”, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan pintu kamar kos Reisha.

“Tok… tok… tok…!”.
“Sial!”, runtuk Reisha di dalam hati. “Kenapa mesti di saat seperti ini ada tamu yang datang ke kosannya, benar-benar sial!”, runtuk gadis itu lagi.
“Tok… tok… tok…! Sha…!!”, suara ketokan di pintu kenbali terdengar, kini ditambah dengan suara teriakan seorang gadis.
“Sebentar…!”, teriak Reisha.
Dengan segera gadis cantik tersebut mengancingkan kembali kaitan branya dan mengenakan celana dalamnya.
“Ya, sebentar!”, teriak Reisha lagi sambil merapikan posisi celana pendek dan kaosnya.

Setelah merapikan pakaian dan sedikit mengusap-usap wajahnya di depan cermin yang terlihat sedikit memerah akibat menahan nafsu, gadis itu pun kemudian membuka pintu.
“Haii… lama amat sih bukanya?”, di depan pintu berdiri seorang gadis yang tak kalah cantik jika dibandingkan dengan Reisha. Gadis itu seumuran dengan Reisha dan merupakan temen satu kampusnya. Gadis itu bernama Shelvi.

“Eh iya, sorry tadi lagi di kamar mandi sih”, Reisha mencoba menutupi aktifitas yang tadi ia lakukan di dalam kamar.
Ternyata Shelvi tidak sendiri. Di belakangnya berdiri seorang laki-laki berperawakan tinggi dan berwajah tampan. Rambut laki-laki itu tercukur rapi. Dari penampilannya terlihat ia cukup perlente. Mungkin ia adalah pacar Shelvi, pikir Reisha dalam hati.

“O iya, ini Rico cowok gue”, Shelvi memperkenalkan laki-laki yang berada di belakangnya tersebut.
“Rico”, laki-laki itu kemudian menyodorkan tangan kanannya.
Reisha pun membalasnya, “Reisha”. Kedua tangan mereka pun saling berjabatan tangan.
“Kok tumben nih? Ada apa Vi?”, tanya Reisha kepada sahabatnya.
“Gue mau ngomong bentar ama lu dong”.
Reisha mengerutkan keningnya.
“Ric, lu tunggu di sini aja dulu ya”, Shelvi berucap ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki itu pun hanya mengangguk.

Lalu Shelvi menarik tangan Reisha untuk masuk ke dalam kamar kosnya. Di dalam mereka duduk di atas ranjang.
“Ada apa sih Vi?”, Reisha kembali mengulangi pertanyaannya.
Shelvi menetakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, menandakan agar Reisha menurunkan volume suaranya. Ia pun kemudian berbisik, “Gini Sha, gue mau pinjem kamar lu bentar dong”.
“Ah? Buat apa?”, bisik Reisha penuh kecurigaan.

“Gue mau gituan ama cowok gue”, Shelvi berkata sambil memberikan isyarat tangan dengan memasukkan ibu jarinya diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.
Reisha benar-benar tersentak melihat isyarat tangan sahabatnya tersebut. Tanda tersebut sering ia lihat setiap kali Shelvi ingin menyamarkan kata “making love”. Bukan tanda itu yang mengejutkan Reisha, karena ia tahu benar kalau memang sahabatnya ini sudah sering melakukan perbuatan terlarang tersebut dengan pacar-pacarnya. Yang membuatnya terkejut adalah kenapa ia memilih kamar kosnya ini untuk berbuat mesum.

“Gila lu ya? Nggak boleh!”, bentak Reisha sambil tetap berbisik.
“Please Sha, gue udah nggak tahan nih, memiaw gue udah basah banget”.
“Ngapain lu nggak cari hotel aja?”.
“Nggak sempet, ntar lagi cowok gue musti ke bandara, ini juga sama sekali nggak direncanain kok tiba-tiba dateng gitu aja waktu dia grepein gue di bioskop”.

“Aduh gimana ya?”, sebenarnya Reisha ingin mengatakan tidak, namun melihat ekspresi wajah Shelvi yang begitu memelas ia pun menjadi bingung harus memberi jawaban apa.
“Please Sha, cowok gue cuma sehari ini aja bisa transit di sini, ntar malem dia musti keluar kota lagi jadi waktu gue ama dia cuma bentar banget nih”.

“Kalau ntar ada yang liat gimana? Kan gue malu juga tiba-tiba di kamar kos gue ada cowoknya?”, tempat kos Reisha ini memang hanya menerima penghuni kos wanita, sehingga aturan tentang menerima tamu laki-laki memang diatur sedikit ketat.
“Sepi gini kok? Lagian gue nggak bakal lama kok, sueeer!!!”, Shelvi mengacungkan jari tengah dan jadi telunjuknya bersamaan.

Reisha tambah bingung mendengar kata-kata sahabatnya ini.
“Lu tu bener-bener gila tau nggak?”, ucap Reisha masih tetap berbisik.
“Please Sha, please…”.
Reisha kembali mengerutkan keningnya, menandakan kebingungan yang sedang melanda dirinya saat ini.

“Please Sha”, kembali Shelvi memelas.
“I… iya deh”, ucap Reisha ragu. Ia sendiri tidak tahu kenapa kata-kata persetujuan tersebut bisa keluar dari mulutnya.
“Thanks Sha, lu emang temen gue yang paling baik”.
Shelvi langsung memonyongkan bibirnya hendak mencium sahabatnya ini, namun dengan segera Reisha menghentikan perbuatannya tersebut. “Horny sih horny, tapi lu jangan sosor gue kayak gitu dong!”.

“Hehehe… sorry abis kalo lagi horny gue emang suka lupa diri sih”.
“Trus gue musti kemana dong?”, Reisha kembali bingung. Tentu saja ia harus bingung, karena jika kamarnya sedang “dipakai” oleh sahabatnya ini tentunya ia tidak bisa berada di tempat yang sama juga bersama mereka.

“Lu kemana kek, makan kek, nonton kek, nih gue kasi lu ongkos deh”.
Shelvi mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan dari dompetnya. Gadis cantik ini memang tergolong cukup beruntung untuk bidang keuangan. Memiliki orang tua seorang pengusaha sukses tentunya membuat isi dompetnya hampir tidak pernah kosong, bahkan kalau tidak boleh dibilang berlebih.

“Hhhmm… kemana ya?”.
Reisha nampak mengerutkan dahinya.
Melihat sahabatnya belum juga beranjak dari tempatnya, langsung saja Shelvi mengajukan protes, “Udah ah lu pikirin sambil jalan aja! Dah kebelet nih!”.
“Eh… iya… iya…”, Reisha langsung beranjak dari atas ranjang, disusul kemudian oleh Shelvi.
Mereka berdua kemudian melangkah menuju pintu.

“Ya udah kalo gitu gue keluar bentar ya Vi”, Reisha melambaikan tangan ke arah sahabatnya yang kini terlihat berdiri di depan pintu kamar kosnya.
“OK, ati-ati ya Sha”, Shelvi melempar sebuah senyum penuh makna, yang mana hanya mereka berdua yang mengerti.

Sebelum beranjak, Reisha melempar senyum kecil juga ke arah laki-laki yang diakui sebagai pacar oleh sahabatnya tersebut. Laki-laki itu pun kemudian membalas dengan senyuman kecil pula. Lalu Reisha berjalan menuju tempat parkir dimana semua sepeda motor para penghuni kos terparkir.

Setelah tiba di samping sepeda motornya, sekilas gadis cantik itu menengok kembali ke arah kamar kosnya. Tidak terlihat lagi Shelvi dan cowoknya disana. Bahkan kini pintu kamar kosnya sudah tertutup rapat. Shelvi memang pernah bercerita tentang cowok barunya, namun ia belum bertemu dengan pacar baru sahabatnya tersebut secara langsung. Apakah cowok ini yang dimaksud oleh sahabatnya tersebut? Ia sama sekali tidak tahu.

Hampir beberapa menit Reisha berdiri disamping sepeda motornya. Mengetahui kalau saat ini mungkin sahabatnya sedang bercinta di dalam kamar kosnya, justru membuat gairah di dalam dirinya yang tadi sempat muncul kini kembali bergejolak. Tak terasa vaginanya kembali berdenyut-denyut dan payudaranya terasa mengeras seperti yang ia alami beberapa menit yang lalu ketika melakukan masturbasi.

Tiba-tiba di saat itu pula di dalam otak gadis cantik itu terbersit sebuah ide gila untuk mengintip kegiatan sahabatnya tersebut di dalam kamar. Tidak etis memang mengintip sahabat sendiri yang sedang bercinta, namun gejolak nafsu Reisha yang sudah tidak bisa tertahan lagi menghilangkan semua pikiran waras di dalam otaknya.

“Sha, lu nggak boleh ngelakuin itu, itu sama aja lu itu mempermalukan sahabat lu sendiri!”, suara kata hati malaikat di dalam diri Reisha berteriak-teriak di telinga kanannya.
“Halah… liat dikit emang kenapa? Itu juga kan kamar lu Sha? Siapa suruh ngent*t di kamar orang!”, di saat yang sama suara kata hati iblis di dalam dirinya pun juga tidak mau kalah terdengar menggema di telinga kirinya.

“Tetep nggak boleh Sha, lu harus menghargai privasi orang dong!”.
“Tai kucing tuh privasi! Sedeng asyik ngent*t gitu paling juga mereka nggak bakal sadar lu intipin Sha!”.
“Nggak boleh!”.
“Boleh!”.
Nggak bisa!”.
“Bisa!”.

Suara hati malaikat dan iblis kini terus menggema di dalam kepada Reisha, seakan-akan mencoba memberikan “nasehat” jalan terbaik yang harus ia lakukan saat ini.
“Udah… udah… udah… pada bisa diem nggak sih?”, Reisha menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berteriak di dalam batinnya. Kepalanya terasa mau pecah mendengar kata hatinya sendiri yang terus berteriak-teriak di dalam kepalanya secara bergantian.

Setelah suara-suara itu tidak terdengar lagi di kepalanya, Reisha menarik nafasnya panjang dan berdiam diri sesaat. Akhirnya gadis cantik itu pun memilih untuk mengendap-endap menuju kamar kosnya sendiri. Saat ini sisi iblis Reisha pastilah sedang tertawa lantang penuh kemenangan.

Jika saja ada yang melihat Reisha sedang berjalan mengendap-endap menuju kamar kosnya sendiri seperti saat ini, tentu akan menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan. Bersyukur sore ini tempat kos Reisha nampak begitu sepi, karena memang diakhir pekan rata-rata penghuni kos kembali ke rumah mereka masing-masing untuk bersua dengan keluarga.

Sedangkan untuk penghuni kos yang tidak kembali ke rumah seperti Reisha kini sebagian besar sedang melaksanakan aktifitas mereka masing-masing di luar kosan. Reisha sendiri masih berada di kosannya karena kebetulan siang tadi ia harus mengambil kuliah tambahan sehingga akhirnya memilih tetap tinggal di kosan.

Di depan jendela kamarnya, Reisha mencoba mencari celah yang terbuka diantara tirai yang tertutup. Memang ada sedikit celah yang tersisa, namun tidak cukup lebar untuk bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Beberapa kali dari dalam kamar terdengar tawa cekikikan kecil dan suara desahan manja. Suara tawa itu pastilah suara Shelvi bersama pacarnya.

Reisha masih terus berusha mendongak-dongakkan kepalanya di depan jendela, sampai tiba-tiba…
“Duaar!!!”, tirai penutup jendela tersebut tersibak dan muncullah wajah Shelvi dari balik jendela.
Wajah Reisha langsung terlihat merah padam karena ketahuan mengintip.
Belum hilang rasa terkejut Reisha, dengan santainya Shelvi menutup kembali tirai tersebut dan kemudian gadis cantik itu keluar dari kamar dengan tubuh hanya berbalut handuk hijau milik Reisha.

“Daripada lu ngintipin gue, mending lu gabung aja”.
Reisha begitu tersentak mendengar kata-kata sahabatnya tersebut. Saat ini ia merasa seperti tersambar petir puluhan ribu volt.
“Vi, nggak! Jangan!”, Reisha berusaha bertahan ketika Shelvi menarik tangan kanannya untuk mengajaknya masuk ke dalam kamar.

“Udah… hayo!”.
“Nggak Vi!”.
“Hayo dong…!”, Shelvi terus memaksa.
Setelah cukup lama saling menarik tangan masing-masing akhirnya Reisha pun tidak kuat lagi melawan tarikan sahabatnya itu. Ia pun tertarik masuk ke dalam kamar.
“Aaakkhh…!”, begitu masuk ke dalam kamar Reisha langsung berteriak dan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.

Bagaimana tidak berteriak. Di atas ranjangnya kini terlihat seorang laki-laki sedang terduduk santai dengan hanya mengenakan kaos tanpa tambahan apapun lagi sebagai penutup bagian bawah tubuhnya. Di bagian selangkangan laki-laki tersebut mengacung tegak sebuah batang yang berukuran sangat besar.

“Halah, gaya lu tu kayak baru pertama kali aja ngeliat tongkol hehe…”, Shelvi dengan santainya berkata seronok kepada sahabatnya tersebut setelah menutup pintu kamar.
Wajah Reisha semakin memerah mendengar kata-kata Shelvi tersebut. Memang benar apa yang dikatakan sahabatnya ini, karena penis bukanlah hal asing bagi mereka berdua. Namun dalam hal ini jelas berbeda.

Laki-laki yang kini terbaring di ranjangnya jelas-jelas baru saat ini ia jumpai untuk pertama kalinya. Tentu akan sangat aneh apabila tiba-tiba saja di saat itu juga ia harus melihat penis laki-laki yang baru saja ia kenal tersebut.
Shelvi dengan santainya berjalan mendekati ranjang kemudian naik ke atasnya. Ia lalu mencium bibir laki-laki tersebut sambil memeluknya.

“Ric, Reisha mau gabung bareng kita nih, boleh ya?”.
Laki-laki itu hanya tersenyum kecil, “Boleh kok”.
Shelvi membalas dengan senyuman pula. Dikecupnya sekali lagi bibir pacarnya tersebut, kemudian beranjak turun dari ranjang dan kembali mendekati Reisha. Reisha sendiri masih terlihat berdiri mematung dengan ekspresi penuh kehampaan.

“”Ayo dong!”, kembali Shelvi menyeret tangan Reisha mendekat menuju ranjang.
“Nggak Vi, gue nggak mau”.
“Halah, jangan malu-malu gitu ah! Norak tau…”.
“Nggak Vi, bener gue nggak bisa”, Reisha terus berusaha bertahan.
Shelvi pun akhirnya hanya melengos dan melepaskan tangan Reisha setelah tidak mampu memaksa kembali sahabatnya tersebut untuk mendekati ranjang.
“Ya udah, kalo gitu lu disini aja”.

Shelvi kembali berjalan menuju ranjang. Sebelum naik ke atas ranjang ia melepaskan handuk yang melilit tubuhnya. Terlihatlah kini tubuh sintal itu hanya terbalut celana dalam putih beraksen garis-garis pink. Rupanya sebelum memergoki Reisha tadi, mereka berdua sudah sempat melepaskan beberapa lembar pakaian yang mereka kenakan. Pakaian-pakaian tersebut kini ada yang tergeletak di atas ranjang ataupun di lantai kamar. Gadis cantik itu lalu merangkak naik ke atas ranjang dan kembali memeluk tubuh pacarnya.

“Lanjut yuk!”.
Mereka berdua pun berciuman panas sambil beradu lidah. Tangan Rico pun dengan cekatan meremas-remas payudara montok Shelvi. Keduanya begitu menikmati percumbuan mereka seolah-olah di dalam kamar hanya ada mereka berdua, tanpa memperdulikan kehadiran Reisha di sana. Tak hanya meremas, kini puting payudara kanan Shelvi sudah berada sepenuhnya di dalam kuluman Rico.

Shelvi pun akhirnya terpaksa remas-remas sendiri payudara kirinya karena tangan Rico saat ini sibuk mengobok-obok selangkangannya yang masih tertutupi celana dalam. Selangkangan yang sebelumnya telah basah itu pun kini nampak semakin basah.

“Aaahh… oooh…”, Shelvi sengaja mendesah sesensual mungkin sambil menatap ke arah Reisha yang masih berdiri di dekat pintu. “Ooohh… aaah…”, kini Shelvi memasang ekspresi wajah penuh kenikmatan seolah-olah menikmati betul kuluman di payudaranya dan permainan tangan Rico di selangkangannya. Shelvi tersenyum kecil ketika melihat Reisha yang sudah mulai nampak berdiri gelisah sambil menggesek-gesekkan kedua pahanya.

“Ntar Ric, gue mau ngelepas CD dulu nih”.
Rico pun menghentikan remasan tangannya, namun tidak kuluman mulutnya.
“Udah dong, berhenti bentar aja”, Shelvi berusaha melepaskan kuluman Rico di payudaranya yang sudah terlihat dipenuhi beberapa bercak-bercak merah.

Rico pun menurut, namun bukan berarti payudara montok itu bisa terbebas begitu saja. Di saat Shelvi berusaha melorotkan celana dalam yang dikenakannya, remasan tangan kanan Rico masih tetap bertengger di gundukan daging kenyal tersebut.

“Udah!”, ucap Shelvi setelah meletakkan kain mungil penutup selangkannya tersebut di sampingnya. Gadis cantik itu pun kini yang ganti angresif memeluk tubuh Rico dan mencium bibir laki-laki tersebut dengan ganas. Tak hanya itu kini jari-jari mungil Shelvi juga secara bersamaan dengan telaten mengocok-ocok batang penis Rico yang telah menegang.

Shelvi memang sengaja mengatur posisi tubuhnya agar menghadap ke arah Reisha. Sambil berciuman dan bermain lidah, Shelvi tetap intens sesekali melirik ke arah sahabatnya tersebut. Kini Reisha sudah tidak mampu lagi menutupi gairah birahi yang menyerangnya akibat melihat live show yang terjadi di hadapannya. Tangan Reisha mulai bergerak merabai dadanya sendiri, sambil tetap menggesek-gesekkan kedua pahanya. Senyum Shelvi pun semakin lebar karena berhasil memancing gairah Reisha.

“Ric, lu ML ama Reisha dulu ya, ntar baru ama gue”, bisik Shelvi di telinga pacarnya.
“Dia kan tadi udah nggak mau Vi?”, sahut Rico ditengah remasan tangannya di payudara pacarnya tersebut.
“Udah, ntar gue yang ngatur deh”.
“Emang lu nggak cemburu Vi, gue ML ama temen lu?”.
“Nggaklah, kan gue yang nyuruh, lagian itung-itung sekalian gue ngasi bonus ke lu juga ke Reisha”.
“OK deh, asal lu nggak apa-apa aja”.

Shelvi pun membuka kaos Rico sehingga kini mereka berdua pun telah benar-benar dalam keadaan telanjang. Kemudian setelah mencium bibir pacarnya tersebut, Shelvi pun beranjak turun dari ranjang dan kembali menghampiri Reisha. Rico sendiri terlihat mengambil posisi terbaring santai di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar.

“Sha, ayo dong kita bareng yuk”.
“Nggak Vi”, kembali Reisha menolak.
“Ayo dong, gue tau lu sekarang udah horny kan?”, desak Shelvi lagi.
“Gue malu Vi”.
“Napa musti malu? Kan ada gue disini?”.
“Iya sih…”.
“Sha, gue tau lu udah lama banget nggak ML sejak lu putus ama cowok lu, gue cuma mau bantu lu nyalurin birahi lu”.
“Tapi itu kan cowok lu Vi?”.

“Halah, lu nggak enak ama gue? Kan gue yang nyuruh lu? Cowok gue juga asyik-asyik aja kok, lagian kucing mana sih yang nolak kalo di kasi ikan? Hehe”.
Reisha tidak tahu harus berkata apa lagi. Apa yang dikatakan Shelvi tadi memang benar adanya. Sudah hampir setahun ia tidak lagi bisa merasakan hangatnya persetubuhan. Apalagi kini mendekati tanggal-tanggal krusial menjelang menstruasi, dimana gairah dan hormon kewanitaannya mulai memuncak tak terkendali.

Ingin sekali rasanya ia melepaskan semua beban birahi di dalam dirinya ini dengan bercinta bersama seorang laki-laki. Tapi kalau dia harus menyalurkannya dengan cara bersetubuh bersama pacar sahabat baiknya sendiri, hal ini tentu sesuatu yang benar-benar di luar akal sehat. Namun di sisi lain, bukankah justru sahabat baiknya inilah yang memintanya untuk melakukan persetubuhan? Jadi siapakah sebenarnya yang gila dalam hal ini?
“Ayo Sha…”, Shelvi menarik tangan Reisha dan kali ini gadis cantik itu nampak tidak melakukan perlawanan lagi.

Ketika kedua gadis itu berdiri di pinggir ranjang, Rico hanya tersenyum kecil ke arah Reisha. Di dalam hati kecilnya, laki-laki tersebut cukup mengagumi kecantikan dan keindahan tubuh Reisha. Dalam hal ini tentu ia sangat mensyukuri karena bisa memacari Shelvi yang memiliki fantasi sensual yang liar, sehingga sebentar lagi mungkin ia akan segera bisa menikmati tubuh sahabat pacarnya ini tanpa perlu melakukan perselingkuhan di belakang pacarnya.
“Ric, lu rangsang dikit Reisha gih!”.

Rico pun berdiri dan mendekati Reisha. Tubuh Reisha terlihat bergetar ketika seorang laki-laki dalam keadaan telanjang bulat kini berlahan mendekatinya. Reisha sempat melirik nakal ke arah batang penis Rico. Batang tegang itu terlihat sangat besar untuk membuatnya bergidik dan membuat selangkangannya terasa senut-senut. Ia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang akan menyerangnya jika batang besar itu harus masuk ke dalam dirinya.

“Vi…”, Reisha memegang tangan sahabatnya, ketika Rico semakin mendekat.
“Udah, anggep aja Rico itu cowok lu”.
“Tapi Vi…”, belum sempat Reisha melanjutkan kata-katanya Rico sudah keburu memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya.

Reisha pun gelagapan dibuatnya, walaupun ia sama sekali tidak menolak bibir Rico yang kini terus menyerang bibirnya. Awalnya Reisha terlihat kikuk, namun beberapa saat kemudian ia pun mulai membalas pagutan bibir Rico. Apalagi ketika kemudian gadis cantik itu merasakan sentuhan lembur Shelvi di pundaknya, Reisha pun tidak malu lagi membalas permainan lidah Rico di mulutnya.

Reisha yang memang sejak semula telah terbakar nafsu birahi membuat Rico tidak perlu terlalu bekerja keras untuk membangkitkan sisi liar gadis cantik tersebut.
Shelvi sendiri kini masih berdiri di belakang Reisha sambil meremas-remas payudara sahabatnya tersebut dari balik kaos. Kemudian dengan cekatan kedua tangan gadis tersebut masuk ke dalam kaos Reisha. Berlahan jari-jari Shelvi bergerak membuka kaitan bra berwarna putih tanpa renda yang dikenakan sahabatnya. Kini remasan tangan Shelvi pun dapat langsung merasakan kelembutan dan kekenyalan payudara Reisha.

Diserang dari dua arah seperti ini membuat Reisha kian melambung. “Aaah… oooh…!”, cuma lenguhan dan desahan yang keluar dari mulut gadis cantik tersebut, ditengah lumatan bibir Rico.
Saking terbelenggunya oleh nafsu membuat Reisha sama sekali tidak melawan ketika Rico menggiringnya berbaring di ranjang.

Bahkan saking terbuainya oleh cumbuan pacar sahabatnya tersebut, Reisha sama sekali tidak menyadari kalau kini tubuh atasnya saat ini sudah sama sekali tidak tertutup apapun. Shelvi melemparkan kaos berikut dengan bra milik Reisha sehingga kedua potong pakaian tersebut kini tergeletak di lantai. Hal ini membuat Rico menjadi leluasa mengulum dan menghisap kedua payudara milik Reisha.

Payudara gadis cantik itu memang tidaklah terlalu besar, tidak sebesar milik Shelvi, namun ukurannya pas untuk tubuhnya yang berukuran cukup mungil.
Ketika kedua payudara Reisha kini sepenuhnya berada di dalam “kekuasaan” Rico, maka bibir lembut gadis cantik itu pun kini berganti menjadi milik Shelvi. Kedua gadis cantik tersebut terlihat begitu eksotis ketika saling mengulum, menjilat dan bertukar air liur.

Mereka berdua sesungguhnya bukanlah lesbian, namun desakan birahi yang kini menguasai kedua gadis tersebut membuat mereka lupa kalau mereka sesungguhnya adalah makhluk sejenis.
Ketika kedua gadis itu terlihat asyik saling kulum dan saling jilat, di bawah sana ciuman Rico sudah merambat turun sampai ke perut Reisha yang rata. Sambil tetap mencium pusar Reisha, kedua tangan laki-laki tersebut terlihat memegang ujung celana pendek gadis cantik tersebut.

Sesaat kemudian celana pendek itu telah melorot turun dan akhirnya terlepas. Rico kemudian menciumi kedua paha mulus Reisha dan akhirnya ciuman tersebut bermuara di celana dalam putih gadis tersebut yang sudah terasa basah. Kain mungil tipis menerawang itulah yang kini hanya menjadi pembatas antara lidah Rico dengan vagina Reisha.

“Hhhmm… hhmm…!”, hanya itu yang keluar dari mulut Reisha yang kini sedang dicumbui oleh Shelvi. Gadis cantik itu harus beberapa kali menggerakkan pantatnya menahan geli akibat permainan lidah Rico yang beberapa kali menyentuh klitorisnya. Ini berarti celana dalam Reisha sudah berhasil dienyahkan oleh laki-laki tersebut.

Reisha benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Bibir dan payudaranya terus menerus dipermainkan oleh Shelvi, sementara di saat yang bersamaan vagina dan klitorisnya jura terus dipermainkan oleh Rico. Terasa sekali kalau di bawah sana sudah semakin basah dan becek, sedangkan payudara dan putingnya sendiri terasa demikian menegang. Permukaan kasar lidah Rico begitu nikmat dirasakan Reisha ketika menari-menari bebas diantara bulu-bulu tipis basah yang ada disana. Saat ini gadis cantik itu sudah benar-benar melayang akibat gelora nafsu birahinya sendiri.

Melihat Reisha yang sudah siap tempur, Rico lalu menghentikan jilatannya. Laki-laki itu beranjak dari posisinya samping mengocok-ngocok batang penisnya sendiri yang sudah semakin menegang. Laki-laki itu merasa batang penisnya belum cukup tegang untuk memberikan kenikmatan kepada dua orang gadis yang bersamanya saat ini. Ia pun menyuruh Shelvi menghentika ciuman bibirnya dan lalu mengarahkan batang penisnya ke dalam mulut Reisha yang masih terbaring pasrah.

Kini batang penis tersebut udah terkocok keluar masuk ke dalam mulut mungil Reisha. Reisha nampak cukup gelagapan menerima kocokan penis besar Rico di dalam mulutnya. Ujung penis laki-laki tersebut terasa beberapa kali menyentuh kerongkongannya. Karena takut tersedak, gadis cantik itu pun memilih untuk mengganti posisinya menjadi terduduk.

Posisi ketiga insan yang sedang dimabuk birahi itu pun berganti. Kini Rico duduk di ujung ranjang, dimana batang penisnya nampak sedang dijilati oleh dua orang gadis cantik. Rico saat ini benar-benar merasa seperti seorang raja yang sedang dilayani dengan penuh cinta oleh selir-selirnya. Ketika batang penis itu amblas ke dalam mulut Reisha, Shelvi pun kemudian mencium bibir Rico sambil merabai dada bidang pacarnya tersebut.

Cukup lama keduanya saling lumat, sebelum ciuman Shelvi mulai turun ke leher dan dada Rico. Lalu Shelvi pun menyorongkan payudara kanannya ke mulut Rico untuk dilumatnya. Rico pun dengan senang hati melumat dan menjilati payudara montok milik pacarnya tersebut. Memang payudara Shelvi lebih besar ukurannya dibandingkan milik Reisha, namun kedua payudara gadis cantik tersebut sama-sama memiliki daya tarik mereka sendiri.

“Aaah…!”, Shelvi mendesah pelan ketika Rico sedikit menggigit puting payudaranya, setelah pacarnya tersebut kembali membuat beberapa cupangan dipemukaan daging montok tersebut.
Kini terlihat kedua gadis itu telah berganti posisi. Kini Shelvi yang nampak mengulum batang penis Rico sedangkan Reisha bergantian mencumbu bibir dan dada Rico.

Laki-laki tersebut benar-benar tidak percaya kalau Reisha ternyata begitu liar ketika terbakar birahi. Jika dilihat sekilas tadi, dari segi penampilan luar semula Rico melihat Reisha seperti seorang gadis lugu dan polos. Sama sekali tidak terlintas di benaknya tadi kalau gadis cantik, sahabat pacarnya ini pernah memiliki pengalaman bercinta sebelumnya. Namun kini Rico begitu terbuai dengan permainan Reisha yang tak kalah menggairahkan dengan permainan cinta pacarnya, Shelvi.

“Ooohh… ooohh…”, Rico hanya bisa mendesah penuh kenikmatan mendapatkan pelayanan dari kedua gadis cantik tersebut.
“Ric, mulai masukin ya? Udah tegang banget nih”, Shelvi menghentikan kuluman dan kemudian memelas ke pacarnya untuk mulai melakukan penetrasi.
“OK deh, siapa duluan nih?”.
“Reisha aja deh”.

Reisha sama sekali tidak berkomentar mendengar percakapan pasangan kekasih tersebut. Yang dia tahu saat ini dirinya memang sangat ingin segera disetubuhi, entah duluan atau belakangan sama sekali tidak masalah baginya.

Rico pun menuruti kata-kata pacarnya. Laki-laki itu pun membaringkan tubuh Reisha di ranjang dan kemudian membuka kedua paha gadis tersebut lebar-lebar. Sejenak Rico menelan ludah. Di hadapannya kini terpampang indah sebuah vagina gadis muda yang begitu mempesona. Entah berapa penis yang pernah memasuki lubang kenikmatan tersebut, Rico sama sekali tidak ambil pusing. Yang jelas sebentar lagi batang penisnya akan bisa menikmati vagina ranum milik sahabat pacarnya tersebut. Wajah Reisha terlihat memerah karena malu melihat tatapan nanar Rico ke arah vaginanya.

Tak sabaran merasakan nikmatnya vagina Reisha, dengan segera Rico menghujamkan batang penisnya ke dalam lubang kenikmatan tersebut.
“Aaaahhh…!!”, baik Rico maupun Reisha memiawik penuh kenikmatan.
Rico merasakan sensasi kenikmatan yang dasyat ketika memasukkan batang penisnya ke dalam vagina Reisha. Memasukkan penis ke dalam vagina seorang gadis yang belum pernah kita setubuhi sebelumnya memang selalu membawa sensasi tersendiri.

Begitu pula dengan Reisha, yang memang sudah sekian lama tidak dapat lagi merasakan hujaman penis di dalam vaginanya. Lesakan penis Rico terasa seperti siraman air ditengah kegersangan hidupnya selama ini. Rico pun tak membuang-membuang waktu untuk secepatnya menghujam-hujamkan batang penisnya. Batang penis Rico mengocok vagina Reisha dengan kencang, sedangkan Reisaha sendiri terlihat begitu menikmati kocokan tersebut.
Shelvi yang harus menunggu giliran untuk disetubuhi, terlihat mencium bibir Reisha yang kini terguncang-guncang hebat. Shelvi juga meraba-raba payudara Reisha yang nampak terguncang tak kalah hebat.

“Gimana Sha? Enak?”, bisik Shelvi nakal di telinga sahabatnya.
“Aaah… e… enak Vi”, ucap Reisha gemetar.
“Nikmat kan tongkol cowok gue? Hehe”.
“I… iya”.
Shelvi tersenyum kecil mendengar kata-kata Reisha. Gadis itu pun lalu melumat payudara Reisha sambil tangannya merabai klitoris sahabatnya, membantu Rico yang semakin gencar menghujam-hujamkan batang penisnya.

“Vi lu nunging gih, giliran lu yang gue ent*t sekarang”.
Shelvi pun menurut. Ia lalu mengambil posisi nunging di samping Reisha yang terbaring terlentang. Rico lalu mencabut batang penisnya dari dalam vagina Reisha dan ganti memasukkannya ke dalam vagina pacarnya.
“Aaakkhh…!”, Shelvi melenguh kencang. Gadis itu memejamkan matanya sambil meremas erat sprei.

Batang penis Rico yang langsung menghujam kencang ke dalam vaginanya cukup memberikan rasa sakit yang luar biasa. Tapi di satu sisi sensasi yang ditimbulkan antara campuran rasa sakit dan kenikmatan justru semakin membangkitkan birahinya. Lubang kenikmatan yang semula sempat mengering, kini mulai basah kembali dialiri cairan cinta. Ditengah genjotan Rico, Shelvi menggigit bibirnya. Gadis itu begitu merindukan genjotan penis besar pacarnya ini. Hampir dua minggu lamanya mereka harus berpisah karena Rico harus tugas ke luar daerah. Kali ini pun mereka hanya bisa bertemu sehari sebelum malam nanti Rico harus berangkat kembali ke tempat tugasnya.

Ketika Shelvi mendapat giliran disetubuhi, Reisha giliran merabai tubuh Shelvi. Payudara, paha, pinggang dan bagian-bagian tubuh sensitif lainnya secara bergiliran menerima rabaan dan sentuhan Reisha. Bahkan tidak hanya menyentuh, Reisha juga menciumi dan menjilati sekujur tubuh Shelvi, guna membantu sahabatnya ini menikmati persetubuhan yang kini ia lakukan bersama pacarnya.

“Giliran lu lagi Sha”, ucap Rico ditengah genjotannya di vagina Shelvi.
Seperti layaknya Shelvi tadi, Reisha pun begitu saja menuruti kata-kata Rico. Apakah ini bertanda kalau kedua gadis cantik tersebut telah sepenuhnya ditaklukkan oleh Rico dengan kocokan penis besar dan panjangnya? Mungkin saja, karena kedua gadis cantik itu terlihat bak budak seks yang sedang melayani majikannya.

Kini Reisha pun menungging di samping Shelvi, seakan-akan menyerahkan sepenuhnya vaginanya untuk pacar sahabatnya tersebut. Rico meremas-remas pantat sekal Reisha sebelum melepaskan penisnya dari dalam vagina Shelvi.

“Aaakhh…”, kini penis Rico kembali menghujam-hujam kencang ke dalam vagina Reisha.
Shelvi pun kembali mencium bibir Rico sambil merabai lembut tubuh pacarnya tersebut. Rico pun harus membagi konsentrasi antara menggenjoti vagina Reisha dengan permainan lidah Shelvi di dalam mulutnya. Keduanya memberikan sensasi kenikmatan tersendiri bagi Rico.
Gaya doggie ini tidak berlangsung lama karena Shelvi menyuruh Reisha untuk mengambil posisi woman on top.

Kini Rico berbaring di atas ranjang, dimana Reisha berada di atas tubuhnya dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Hal ini membuat batang penis Rico yang menancap di dalam vagina Reisha terasa terjepit dengan kencang. Posisi seperti ini memudahkan Shelvi untuk bergantian mengulum bibir Rico maupun Reisha. Tak hanya bibir mereka, Shelvi juga bergantian menjilati dada keduanya. Sambil bergoyang kini Reisha pun harus membagi konsentrasi antara kuluman bibir Shelvi dan remasan tangan Rico di kedua payudaranya.

“Hhhmm… hhmmm… hhhmmm…”, desahan tertahan keluar dari kedua mulut gadis cantik tersebut yang kini terlihat masih berciuman panas. Sedangkan Rico ditengah dera rasa nikmat akibat jepitan vagina Reisha, terlihat begitu kagum melihat pemandangan dua gadis cantik yang kini sedang bercumbu ria di hadapannya.

Sungguh fenomena yang sangat eksotis dan indah.
Ketika tiba giliran kembali untuk berganti posisi, Shelvi pun agaknya memilih untuk menggunakan gaya woman on top juga. Begitu batang penis tersebut terlepas dari vagina Reisha, Shelvi langsung memasukkannya ke dalam mulutnya. Cairan cinta Reisha begitu terasa di lidahnya ketika Shelvi mengulum dan mengocok batang penis Rico dengan mulutnya. Sedangkan Reisha hanya meremas-remas pantat sekal Shelvi.

Kemudian Shelvi mengambil posisi mengangkang diatas tubuh pacarnya. Sejenak gadis manis itu mengatur posisi penis Rico, agar pas ketika terhujam nanti. Setelah merasa pas Shelvi pun menurunkan tubuhnya dan batang penis itu pun menghujam kencang masuk ke dalam duburnya. Shelvi memang tidak mengarahkan batang penis Rico ke dalam vaginanya, namun ke dalam duburnya. Rupanya gadis cantik itu ingin memberikan pelayanan anal seks untuk pacarnya.

“Oooohh…!!!”, Rico berteriak merasakan penisnya melesak masuk ke dalam pantat pacarnya tersebut. Jepitan dubur memang berbeda dengan jepitan vagina. Sensasi yang ditimbulkannya pun jauh berbeda. Sebuah variasi yang luar biasa dalam percintaan mereka saat ini.
“Aaaahh… aaahh…”, Shelvi dan Rico sama-sama mendesah, berteriak dan melenguh secara bergantian. Mereka seakan-akan lupa kalau mereka kini sedang bercinta di kosan Reisha, dimana kemungkinan ada penghuni kos yang akan mendengar teriakan mereka.

Reisha sendiri kini nampak meraba-raba vagina dan klitoris Shelvi. Sejenak ia membasahkan tangan kanannya dengan liur kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya mengobok-obok vagina Shelvi. Vagina Shelvi memang saat ini sedang menganggur karena yang sedang sibuk menerima genjotan penis Rico adalah duburnya.

Sedangkan Rico yang terlihat begitu menikmati aksi Shelvi yang terlihat turun naik di atas tubuhnya, kini sibuk pula memainkan vagina Reisha yang juga menganggur dengan jari-jarinya. Beberapa kali jari-jari tangan Rico menghujam-hujam masuk ke dalam lubang vagina Reisha, sehingga membuat pemiliknya juga mendesah-desah penuh kenikmatan.

Menerima genjotan penis di duburnya serta permainan jari-jari Reisha di vagina dan klitorisnya, membuat Shelvi terlihat segera akan mencapai klimaks. Dan benar saja tak lama kemudian Shelvi melenguh kencang, menandakan pencapaian puncak permainan. “Aaaakkhh…!!!”, lenguh Shelvi sambil mendongakkan kepala dan memejamkan matanya.

Shelvi pun mencabut batang penis Rico dari dalam duburnya dan sejenak berbaring di ranjang menikmati sensasi kenikmatan yang baru saja menderanya. Kesempatan ini digunakan Rico untuk kembali menghujamkan batang penisnya ke dalam vagina Reisha. Laki-laki itu pun membaringkan Reisha di ranjang dan dengan segera mengocok kembali lubang kenikmatan milik gadis cantik tersebut.

Kini Rico nampak semakin kesetanan mengocok vagina Reisha, karena ia ingin betul-betul menikmati saat-saat dimana ia bisa menyetubuhi sahabat pacarnya ini mumpung dirinya masih memiliki kesempatan. Vagina Reisha seolah-olah menjadi selingan yang begitu indah, diantara persetubuhan yang biasa ia lakukan bersama Shelvi, pacarnya.

“Aaaahh…. Ahhh…”.
“Oooohh… ooohh…”.
“Sha… memiaw lu nikmat banget!”, rancau Rico.
“tongkol lu juga enak Ric”, balas Reisha.

Shelvi yang saat ini sudah pulih dari deraan birahinya dan nampak memeluk serta merabai tubuh Rico, cukup merasa cemburu mendengar kata-kata pacarnya tadi. Namun Shelvi segera mengusir jauh-jauh perasaan tersebut, karena baik pacar maupun sahabatnya ini kini sedang dilanda birahi menjelang klimaks sehingga wajar kalau mereka mengeluarkan kata-kata yang seronok.

“Ric… gue keluar… aaakkhh…!!!”.
Tubuh Reisha nampak mengejang. Ini adalah klimaks pertamanya sejak putus dengan pacar lamanya beberapa bulan yang lalu. Klimaks yang sangat dinanti-nantinya. Klimaks yang terasa jauh lebih nikmat daripada saat ia mencapai klimaks karena melakukan masturbasi.
Rico pun mencabut batang penisnya dan membiarkan Reisha terbaring di ranjang menikmati momen puncaknya.

Rico yang kini berdiri di atas ranjang lalu memandang sayu ke arah Shelvi yang sebelumnya telah mencapai klimaks terlebih dahulu. Shelvi pun mengerti makna tatapan pacarnya tersebut. Ia pun kemudian bersimpuh dihadapan Rico dan mulai memasukkan batang penis Rico ke dalam mulutnya. Shelvi pun dengan telaten mengocok-ngocok penis Rico dengan mulut dan jari-jari lentiknya.

Rico yang sebelumnya memang sudah hampir sampai di ujung klimaks, benar-benar menikmati kuluman pacarnya tersebut.
“Vi, gue keluar nih!”.
Shelvi pun melepaskan kulumannya dan hanya melakukan kocokan tangan pada batang penis Rico. Kocokan tangan Shelvi nampak semakin kencang ketika Rico mulai memejamkan matanya.
“Aaaahh…!!!”.
“Crroooot… crooot… crooot…”, beberapa kali cairan sperma muncrat dari ujung penis Rico. Cairan putih kental itu pun ditampung oleh Shelvi di dalam mulutnya.

Setelah semprotan terakhir keluar, mulut Shelvi sudah dipenuhi oleh cairan sperma pacarnya. Gadis cantik itu pun kemudian menelan cairan tersebut sampai tetes terakhir. Lalu dengan telaten Shelvi kembali mengulum batang penis pacarnya tersebut. Ia pun menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel pada ujung kepala batang kokoh yang kini mulai mengendur tersebut dan menelannya.

“Thanks ya Vi”, Rico ikut bersimpuh dan mendaratkan ciuman mesra bibir Shelvi.
Shelvi pun hanya tersenyum kecil.
“Gimana enak? Hehe…”, goda Shelvi.
“Enak banget!”, ucap Rico mantap.

Kemudian Rico menatap ke arah Reisha yang masih tergolek telanjang di atas ranjang. Ia hanya tersenyum melihat tubuh indah gadis cantik yang baru saja ia nikmati kehangatannya tersebut. Kembali rasa cemburu mengalir di dalam hati Shelvi melihat tatapan nanar pacarnya terhadap tubuh sahabatnya. Dengan segera ia mengambil selimut dan menutup tubuh telanjang Reisha. Seolah mengerti maksud yang tersirat dari tindakan pacarnya, Rico pun kemudian mengajak Shelvi turun dari ranjang. Ia lalu memeluk mesra tubuh telanjang pacarnya tersebut dan kemudian mencium bibirnya mesra. Keduanya pun cukup lama saling mengulum bibir masing-masing.

“Kita langsung cabut yuk”.
“Musti sekarang ya?”.
“Iya nih, klo nggak ntar terlambat lagi”.
“Hhhm… masih kangen!”, ucap Shelvi manja.
“Kan cuma 3 hari lagi, abis itu gue nggak perlu keluar kota deh, OK?”.
“OK deh”.
“Cium lagi dong”.

Keduanya kembali berciuman mesra. Setelah itu Rico pun mengenakan kembali pakaiannya sedangkan Shelvi sendiri hanya membalutkan handuk milik Reisha guna menutupi ketelanjangan tubuhnya.
“Lo lu kok nggak pake pakaian? Kan gue harus nganter lu pulang dulu”, ucap Rico heran.
Shelvi menggeleng. “Nggak usah deh, biar ntar gue pulang dianter Reisha aja, kasihan ntar lu telat lagi kalo pake nganterin gue dulu”.

Sekilas Shelvi melirik ke arah Reisha yang masih terbaring di ranjang. Entah Reisha saat ini tertidur akibat kelelahan atau pura-pura tidur karena tak ingin menganggu dirinya bersama Rico. Shelvi sama sekali tidak tahu.
“Ya udah kalo gitu, gue langsung cabut ya”.
“OK deh, ati-ati di jalan ya”.
“Ntar begitu landing gue telpon lu deh”.
“OK!”.

Lalu Shelvi mengantar Rico sampai di depan pintu. Di luar suasana sudah terlihat gelap, tidak seperti saat mereka berdua datang tadi. Rupanya mereka bertiga cukup lama bermain cinta di dalam kamar. Mereka kembali berciuman sampai akhirnya Shelvi melambaikan tangannya melepas kepergian Rico. Shelvi lalu menutup pintu kamar kos tersebut. Gadis cantik itu lalu beranjak menuju ranjang dan duduk di pinggirnya.

“Sha, lu tidur?”, Shelvi menyibak rambut Reisha yang menutupi wajahnya.
Reisha hanya menggeleng dari balik selimut.
“Kok dari tadi lu diem aja sih?”.
“Gue malu Vi”.
“Halah, kayaknya tadi kita udah ngebahas masalah ini deh”.
“Iya, tapi tetep aja gue malu”.
“Ya udah gini aja deh, kalo ntar lu udah punya cowok lagi, lu bagi juga ama gue jadi kita impas, gimana? Hehe”.
“Dasar! Gila lu ya!”.
Keduanya pun tertawa cekikikan.

“Udah ah, pake baju gih, trus anterin gue cari makan, gue laper banget nih!”.
Lalu kedua gadis cantik itu pun membersihkan diri dan mengenakan pakaian mereka kembali. Entah apa yang sebenarnya melintas di otak Shelvi ketika mengajak Reisha melakukan threesome dengan pacarnya, namun yang jelas semua pihak yang terlibat kini merasa bahagia. Shelvi bisa melepaskan kangen dengan pacarnya Rico sekaligus memberikan “bonus” ekstra. Begitu pula dengan Reisha yang “dahaga”-nya yang sudah lama tertahan akhirnya bisa tertuntaskan dengan sempurna. Apa yang terjadi nanti biarlah terjadi, yang penting kegilaan ini bisa membawa kenikmatan yang luar biasa bagi mereka semua.

---TAMAT---
readmore »»  

Tergoda Pembantu Muda yang Lugu

Hari Minggu siang ini aku sedang santai membaca buku John Perkins tentang the Convession of Economic Hitman, ketika aku mendengar suara mobil istriku berhenti didepan garasi. Suaranya yang nyaring itu, terdengar ketika ia memanggil pembatuku untuk membuka pintu garasi. Aku melongokkan kepalaku kearah garasi ketika dia masuk dengan membawa bebarapa kantung belanjaan.
“Inah, masukkan barang-barang ini ke kulkas segera ya..” perintahnya kepada pembantuku. Inah adalah pembantuku satu-satunya, setelah kemarin Warni minta ijin untuk berhenti karena mau dikawinkan oleh kedua orang tuanya.. Tak lama kemudian istriku datang menghampiriku yang sedang santai membaca sambil nonton acara TV..
“Pa ini pembantu baru yang gantiin si Warni, aku baru ambil dari yayasan di Depok. Namanya Siti pa,” jelas istriku. Dibelakangnya berjalan dengan kepala tertunduk si pembantu baru ini. Sosok tubuhnya cukup tinggi, dengan wajah yang mencerminkan gadis dari desa dan perawakan yang cukup bagus. Yang membuat aku agak memberikan perhatian lebih lama adalah bongkahan daging yang sangat menonjol didadanya itu. Aku memang gak bisa menahan diri, jika melihat buah dada yang membusung seperti itu. Wah enak nih kalau bisa meremas dan mengulum buah dada seperti ini, pikirku..
“Umurnya baru 20 pa, tapi dia dah pengalaman jadi TKW ke Arab,” jelas istriku.
“Ini bapak ya Ti, kamu mesthi layani Bapak dengan baik lho..” “Iya bu, saya akan lakukan,” jawabnya sambil tetap menundukkan kepalanya, sehingga membuatku lebih leluasa untuk mengamati tonjolan buah dadanya yang bulat itu. “Ya sudah sana,” kataku,
“kamu bantu Inah di belakang. Yang penting kamu kerja yang baik.”
“Iya pak, terima kasih saya boleh kerja disini..” sahutnya sambil membalikkan badan dan berjalan kearah dapur.

Sempat aku perhatikan perawakannya dari belakang, ternyata dia punya pantat yang cukup bundaar dan sekal, paha dan betisnya sangat bagus bentuknya walau kulitnya tidak terlalu putih. Ini jenis body yang sangat membangkitkan selera nafsu birahiku. Tak terasa adikku sudah mulai bangun dan menggeliat ketika membayangkan pembantu baruku tanpa sehelai benang ditubuhnya.. Aaaargghh….!!!

Pekerjaanku sebagai konsultan lepas untuk beberapa perusahaan membuatku lebih sering berada dirumah, dan mengerjakan segala sesuatunya dirumah. Aku keluar rumah ketika ada klien atau mitra yang harus kutemui, selebihnya aku lebih senang menghabiskan waktuku dengan bermain bersama anak-anaku. Sehari-hari setelah mengantar anak-anakku kesekolah, aku kembali kerumah dan mulai mengerjakan tugas-tugasku . Aku sedang diruang kerjaku menulis analisa tentang perusahaan telekomunikasi A yang merupakan kompetitor dari klien utamaku, ketika Siti melewatiku dengan membawa peralatan pembersih,

“Permisi pak, mau bersihin kamar dan kamar mandi Bapak..” jelasnya lirih sambil menundukkan kepalanya. Kupandangi wajahnya yang masih tetap menunduk, dan kemudian turun kedadanya yang membusung, padat dan tegak.
“Kamu umur berapa sih sekarang Ti?” tanyaku sambil tetap tidak melepaskan pandanganku dari dadanya.
“Saya mau 21 tahun pak, tahun ini,” jawabnya sambil masih tetap menundukkan kepalanya.
“Kamu dah kawin ya,” tebakku sambil bersuara agak tegas, walau akunya pada istriku masih gadis.
“Jangan bohong kamu sama aku ya..” tegasku. Dia makin menundukkan kepalanya dan kemudian menjawab lemah, “Sudah pak, tapi jangan bilang ibu ya pak, saya sangat butuh banget kerjaan ini pak. Anak saya sangat perlu uang untuk beli susu dia pak..”
“Ya sudah, sana.. Tapi kerja yang baik dan nurut disini ya, sama aku.. Jangan bantah.. Tolong klosetnya jangan lupa kamu gosok yang bersih, ya Ti..” kataku, sambil tak lepas menatap dadanya yang nampak lebih membusung hari ini dengan kaus oblong putih yang agak kekecilan itu..
“Makasih pak, saya akan nurut bapak, tapi jangan bilang ibu ya pak..” pintanya lirih. He….he…he.. ada kartu truf ni buat aku untuk muasin si kecil yang sudah mulai tegak.. Oke untuk hari ini kamu aku biarkan lolos dari incaranku, sambil mulai memikirkan cara untuk dapat menikmati tubuhnya, terutama dadanya sang sangat tegak, padat dan sekal itu..

Pagi itu aku sedang mengetik kerjaan didepan komputer ketika Siti lewat untuk membersihkan kamarku.. Hemmhh.. Masiih dengan kaus yang agak ketat, dadanya tampak sangat membusung dan menggairahkan..
“maaf pak mau bersihkan kamar dan kamar mandi bapak..” pintanya sambil masih menunduk..
“Ya sudah sana,” jawabku sambil tak lepas menatap buah dadanya yang indah..
Aku melanjutkan pekerjaanku sambil memikirkan cara yang tepat untuk menikmati buah dada pembantu baruku ini.. Ketika kudengar dia memasuki dan membersihkan kamar mandiku, aku segera bangkit dan menyusul masuk ke kamar mandi..

“Ti tolong kamu potongi bulu rambut yang ada ditelingaku ini ya.. Hati-hati tapi kamu, jangan sampai luka..” kataku. Dengan hati-hati dia mulai memotongi rambut di telingaku, dan dengan sengaja kuangkat sikuku, sambil berpura-pura meringis kesakitan, hingga menyentuh tonjolan didadanya.. Dia agak mundur sedikit, tapi kembali sikuku mengejar buah dada yang kesat itu. Wah masih padat dan kenyal sekali, sehingga adikku mulai tegak.. Ketika kusuruh dia pindah kekuping kiriku, sekarang dengan telapak tanganku kananku kusentuh, kutekan, dan mulai kuremasi buah dada yang sudah beberapa hari ini menghantuiku.. Dia menjauhkan tubuhnya dan berhenti memotong rambut kupingku.. “Paakk, jangan pak..”pintanya lemah..
Tapi aku segera menghardiknya “Ayo, lanjutkan motongnya!!!” Dengan takut-takut dia melanjutkan kegiatannya dengan hati-hati, dan kembali aku menjulurkan telapak tanganku untuk meremas dadanya. Meski dia berusaha menghindar tapi aku malah berusaha untuk memasukkan tanganku kebalik kaus ketatnya, dan akhirnya berhasil kusentuh dan kuremas dengan nikmat buah dadanya yang sebagian lagi masih tersembunyi dibalik BHnya.
“Pakk, jangan pakk.. nanti dimarahin ibu pak…”pintanya lirih sambil berusaha lari keluar kamar mandi.. Karena takut nanti dia berteriak, akhirnya ku biarkan di keluar dari kamar mandi.. Uhh… ini buah dada yang terkenyal dan terpadat yang pernah kurasakan… Awas kamu nanti Ti, janjiku pada diriku sendiri.. Aku harus bisa menikmati lebihhh…..

Biasanya anak-anak memang tidak tidur bersama aku dan istriku..Dan Siti setiap malam tidur dikamar tidur anakku, dan menemani mereka ketika mereka tidur dikamar itu.. Tapi malam itu anak-anak tidur dikamarku, jam 21.00 mereka sudah terlelap dikeloni oleh istriku. Aku masih didepan komputer, ketika kudengar suara langkah kaki Siti menaiki tangga dan masuk kekamar anakku.. Ah.. malam ini aku harus menikmati lagi kenyalnya buah dada si Siti pikirku..

Tiga jam kemudian, setelah yakin istriku lelap dalam tidurnya, aku mengendap-endap mendekati kamar anakku dan menempelkan kupingku kepintu.. Aku yakin Siti sudah tidur, karena dari dalam kamar anakku hanya suara desis AC saja yang terdengar.. Kunci pintu kamar anakku memang sengaja aku sembunyikan, sehingga dengan leluasa aku masuk dan segera menutup kembali pintu.. Kulihat Siti tidur dengan nyenyaknya, dan dada yang membusung itu nampak dengan jelas dibalik setelan dasternya yang longgar.. Kucoba untuk membuka kancing atas dasternya, ternyata dia tidak mengenakan BH malam ini.. Waaahh….pucuk dicinta ulam tiba, pikir ku.. Setelah lima kancing terbuka semua, maka menyembullah buah dada yang bulat dan tegak.. Aku yakin ukurannya tidak kurang dari 36c, dan yang membuatku tambah terangsang karena buah dadanya tetap tegak kencang walau dia dalam posisi telentang..

Kutangkupkan telapak tangan ku pelan-pelan diatas dada indah itu, dan pelan-pelan aku mulai meremasnya.. Wahhh adikku sudah mengeras dengan cepatnya, dan nafsuku makin tak tertahan.. Segera kuhentikan remasanku, ketika dia bergerak hendak pidah posisi walau masih dalam keadaan tidur. Ternyata posisinya malah makin membuatku spaneng..

Sekarang dia telentang sepenuhnya, dan kedua kakinya membuka agak lebar, dengan buah dadanya membusung tegak tanpa tertutupi daster atasnya yang telah kubuka kancingnya.. Aku sudah tak dapat menahan lagi nafsuku yang memuncak, segera kuaposisikan kedua lututku diantara kedua pahanya dan kutindih dia seraya mulutku tanpa basa-basi lagi segera mengulum dan mengisapi buah dadanya.. Siti terbangun tapi masih belum sadar apa yang terjadi, dan ketika kesadarannya pulih keadaan sudah terlambat karena buah dadanya sudah sepenuhnya tenggelam dalam kuluman mulutku dan kedua tanganku segera menahan kedua tangannya yang hendak mendorong kepalaku..

Ahhhhh memang enak benar susu pembantu baruku ini.. Benar-benar kenyal dan padat sekali, pantas tetap tegak walau dia dalam posisi telentang dan tanpa penyangga apapun.. Inilah buah dada yang selama ini kuidam-idamkan.. Mulutku tak henti mengulum dan mengisap susu Siti, putingnya kekecap-kecap dengan lidahku.. Awalnya Siti masih berusaha memberontak, tapi ketika kukunci pinggangnya dengan pinggangku yang berada diantara kedua pahanya, dan kedua tangannya kutahan dengan tanganku, akhirnya dia pasrah dan mengendurkan pemberontakannya.. Aku makin menggila dan mulutku makin gencar menghajar kedua buah dadanya bergantian.. Nampaknya dia tak bisa menghindar dari rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, sebab matanya muai memejam dan dia seakan menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan itu..

Nafsuku juga makin memuncak melihat ekspresi wajahnya yang mencoba menahan rangsangan yang timbul, dan akhirnya aku coba untuk menarik celana pendek longgar yang dia kenakan sedikit.. Dia menahan tanganku yang mencoba menarik turun celana pendeknya, tapi segera kutingkatkan serangan mulut dan lidahku pada buah dada yang membuncah itu. Dari susunya yang kanan, aku berpindah lagi kekiri dan terus tidak berhenti, sambil kembali aku berusaha menarik turun celana pendeknya.. Akhirnya dengan masih tetap menindihnya aku berhasil menarik turun celana pendek sekaligus celana dalamnya hingga ke pergelangan kakinya, dan akhirnya lepaslah celana itu dari tubuhnya.. Yeessss….. terpampanglah tubuh bugil pembantu baruku tetap dibawah tindihanku, dan masih juga mulut dan tangan ku bergantian menghajar kedua buah dadanya tanpa henti..

Kuhentikan sebentar kegiatanku dengan masih dalam posisi dimana aku duduk diantara bentangan pahanya yang sudah telanjang, dan mulai aku melepaskan kaus dan celana pendek dan celana dalam hingga akhirnya aku dalam keadaan telanjang bulat.. Siti nampak kaget dan agak ketakutan melihat kelakuanku, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena aku masih tetap mengunci posisinya dibawahku.. Aku mulai lagi mengulum susu Siti bergantian kiri kanan, sambil menindihnya aku mulai menempatkan ******ku tepat diatas vaginanya.. Sambil meningkatkan seranganku pada susunya, ******ku yang sudah mengeras dengan sempurna kutekankan pada mulut vaginanya..

“Paakkk….jangaaann paaakkk….” keluh Siti agak lirihhh..

Nafsuku yang sudah diubun-ubun membuatku gelap mata dan tak menghiraukan desah lirihnya.. Kupegang ******ku dengan tangan kananku, dan mulai kutekankan kemulut vaginanya pelan-pelan..

“Aaahhhh …..sakiiiittt paaakkkkk..” jerit Siti lirih dengan berusaha menggeser pinggangnya kekiri menghindari tekanan ******ku dimulut vaginanya..
“Udah Ti jangan gerak-gerak lagi…” bujukku pelan, sambil kembali menempatkan ******ku pada posisi yang tepat dimulut vaginanya dan kebali kutekan hingga masuk kepalanya saja..
“Addduuuhhh paakk… sakkiiitt paakk..”
Kembali Siti hendak menggeser pinggangnya, dan segera aku menahannya sambil sedikit membentaknya dengan galak
“Diaamm aja kamu Ti…”

Dengan ketakutan akhirnya dia menghentikan usahanya untuk menggeser pinggangnya, dan dengan nikmatnya kembali aku menekankan kepala ******ku kedalam mulut vaginanya.. Yeeessss…. mulai masuk setengahnya, rasanya luar biasa enaakkk.. Kulihat dia memejamkan kedua matanya dan gigi atasnya menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan nikmat ketika ******ku yang berdiameter 5 cm dan panjang 16cm mulai menyeruak makin kedalam… Akhirnya dengan sentakan yang agak kuat akhirnya ******ku masuk sepenuhnya kedalam vagina Siti… Ahhhh.. Benar-benar nikmattt cengkraman vagina Siti, dia mengejan menahan rasa sakit ketika seluruh batang ******ku masuk menghunjam kedalam vaginanya… Rasa-rasanya seperti dipijat dan disedot-sedot.. Akhirnya pelan-pelan aku mulai menggerakan ******ku mundur separo, berhenti sedetik dan mulai maju lagi hingga habis tenggelam dalam cengkeraman nikmat vagina Siti..

Kutingkatkan pelan-pelan kecepatan gerakan maju-mundurku, dan nampaknya Siti mulai merasakan nikmat yang luar biasa ketika batang ******ku menggesek bagian dalam vaginanya.. Rasa sakit ketika ******ku yang besar habis tenggelam dalam vaginanya, mulai tergaintikan dengan rasa nikmat tadi… Mulai kupacu keras dan cepat hunjaman batang ******ku kedalam vaginanya..

”Adduhh… ppaaakkk…” desahnya lirih yang makin meningkatkan nafsuku, sehingga sambil tetap mengayunkan batangku kembali kedua susunya menjadi bulan-bulanan mulut dan tanganku..
“Aaahhhh ….. ini bener-bener enak Ti…” kataku…
Setelah lebih 15 menit aku mengayun dengan kecepatan yang bervariasi, akhirnya kuhentikan ayunanku dan kulepaskan ******ku dari cengkeraman vaginanya yang luar biasa peret…
“Ayo kamu telungkup dan agak nungging Tii..” perintahku agak galak, sambil membantunya telungkup dan menarik agak keatas pantatnya yang sekal, indah, dan membulat itu..

Kuposisikan kembali ******ku yang masih keras kearah mulut vaginanya, dan “…bblleesss…” suara itu mengiringi amblesnya lagi batang ******ku kedalam vagina Siti.. Dan kembali rasa seperti disedot dan dicengkeram otot-otot vagina Siti yang kencang dan masih sempit itu melanda seluruh rangsang syarafku.. Mungkin dia kembali mengejang untuk menahan rasa sakit yang masih terasa dari sodokanku kedalam vaginanya…
Pelan kembali kuayun pinggangku kedepan dan kebelakang, sambil tanganku menahan dan meremas pantat Siti yang bulat, sekal, dan padat itu.. Pemandangan itu membuat nafsuku makin kuat, apalagi ketika melihat susunya terayun-ayun tegas mengikuti ayunan pinggangku ke pantat sekalnya, serta erangannya ketika aku menekan habis batang ******ku kedalam vaginanya..

“Aaahhhhh….aahhhhh…. paak sudaaahhh…. paakkk….”erangnya lirih…

Justru erangannya menambah nafsuku untuk menghajar dengan cepat dan kuat pantat dan vaginanya, dan kembali kuremas-remas susunya dari arah belakang… Luaaarrrr…biaaassaa………..!!!!!! !!!!! Setelah lebih dari dua puluh menit aku menghajar pantat dan vaginanya dari belakang, sambil meremas-remas susunya yang indah, aku lepaskan lagi batang ******ku dari cengkeraman vaginanya yang masih erat dan kuat pelan-pelan.. AAHhhhh.. benar-benar nikmat.. Kembali kubalikan tubuh Siti telentang dan kuangkat kakinya sedikit keatas, kembali kudekatkan batang ******ku yang masih keras kemulut vaginanya… Siti sudah benar-benar pasrah dan membiarkan aku mengatur seluruh posisinya dalam persetubuhan ini, walau masih terdengar kembali erangan lirihnya memintaku menyudahi permainan nikmat ini..

“Paakk….suudaaahh ..paakkk..”

Kuacuhkan permintaannya, dan kembali kuhantamkan batang ******ku kedalam vagina peret dan seret itu.. Ayunanku semakin cepat dan kadang bervariasi dengan ayunan pelan, tiada henti dengan diiringi erangan dan desahannya bercampur dengan suara indah beradunya pangkal ******ku menghantam pangkal pahanya “..plookkkhh… ploookkkhhh…”
Pemandangan ayunan tegas kedua susu Siti, seirama dengan ayunan pinggangku, membuat nafsuku memuncak cepat.. Apalagi cengkeraman otot vagina dan raut wajahnya yang mengejan menahan rasa sakit dan rangsangan yang timbul, membuatku tak dapat menahan lagi untuk meremasi dan mengulumi kembali kedua susunya..

Kadang kugigit kecil karena tak mampu menahan rasa nikmat dan gemasku atas kekenyalan susunya.. Akhirnya setelah lebih dari 20 menit dalam posisi MOT, rangsangan itu memuncak dan kepala ******ku terasa luuaar biiaasssaa nikmat.. Gerakan ayunanku semakin cepat dan akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagii, persis ketika air maniku sampai diujung mulut ******ku, segera kutarik keluar dan kumuntahkan air maniku diatas perut, dada busung, dan sebagian wajahnya..

”croott..crooot…croottttt…crrr ooottt thhh ….” ”Aaahhhh….. niikmmaaaaaaatttttt……”erangku tak dapat menahan rasa luar biasa yang timbul ketika air maniku keluar deras menyemprot perut, dada, dan wajahnya…

Setelah habis air maniku keluar, aku rebahkan diriku disamping tubuh Siti yang lemah tergolek telentang setelah kugarap hampir satu jam penuh.. Dia segera menarik selimut yang tergeletak disampingnya, dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut itu.. Sepintas sempat kulihat dia menitikkan air mata, dan suara tangis yang ditahannya beradu dengan napasnya yang tersengal..

“Udah Ti, gak usah nangis segala..” kataku, seraya mengenakan celana dalam dan pakaianku..

Dia berusaha menahan tangisnya, dan segera kutinggalkan kamar anakku kembali ke kamar kerja untuk mematikan komputer dan masuk kekamar tidurku.. Kulihat istri dan anakku masih tertidur dengan nyenyaknya, kala kulihat jam telah menunjukkan pukul 1.. Kurebahkan diriku disamping anakku, dan kucoba untuk tidur.. Tapi kenikmatan yang baru saja kurasakan masih membayang jelas dalam pikiranku, dan menghalangiku untuk segera tidur.. Kapan-kapan aku harus mengulanginya lagi, pikirku…

--- TAMAT ---
readmore »»  

Si Pemalu, Ibu Misna (Pengalaman Pertama Bercinta)

Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur dikantor/unit yang ada di desa.

Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar?begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya?..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Misna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah.
Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Misna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Misna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah dipanggil keluarlah ibu Misna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali.
Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga. Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Misna, dan akhirnya ibu Misna bertanya, Dik Irfan matanya ngeliat apasih ? sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya.Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik ? kata bu Misna
Iya sih bu?tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya??.? Saya berhenti berkomentar.
Khususnya apa dik ? desaknya
Maaf bu?itu tetek ibu besar dan masih kencang ?
Ibu Misna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya?..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno.
Oh ya dik Irfan punya anak berapa dan istri usia berapa ? tanya bu Misna
Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun? jawab saya
Wah sedang panas-panasnya dong ? lanjutnya
Panas apanya bu ? saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya.Ah dik Irfan berlagak nggak tau?..? kata bu Misna sambil tersipu.
Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot ? pancing saya terus
Tapi ibu Misna malah kelihatan sedih?.sehingga saya bertanya, kok jadi kelihatan sedih bu ?
Akhirnya bu Misna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal.
Maaf bu?..padahal menuru saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua ?
Yah memang begitu dik?..tapi harus ibu tahan ?
Gimana caranya ? lanjut saya
Ya dengan mencari kesibukan di ladang?..sehingga malamnya capek terus tertidur? Lanjutnya.
Wah kalo saya bisa pusing?.karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ???? kata saya sambil bergeser duduk mendekat.
Dik Irfan sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain ? katanyaDik Irfan kok gak dengerin sih?.kata bu Misna sambil menepuk paha saya ?
Tangan bu Misna saya pegang?sambil berkata abis ada pemandangan yang lebih bagus, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya ?
Ah nakal dik Irfan ini ? kata bu Misna
Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih ?
Terus tangan saya beralih kepahanya?.jangan dik ? kata bu Misna tanpa berusaha menolak. Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Misna mundurkan kepalanya berusaha menolak? tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Misna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka.
Langsung saya cium bibirnya perlahan?dan lama kelamaan ibu Misna memberikan respon dengan membalas ciuman saya.Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas?.ah..ah jangan dik ? tapi tangan bu Misna malah menekankan tangan saya ke teteknya. Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Misna semakin mendesah ? ah?uh?ah terus dik, enak ? kata bu Misna.
Saya semakin bernafsu?sehingga kancing baju bu Misna langsung saya lepas ? jangan dik?ntar keterusan ? kata bu Misna.
Oh bu?saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah ? kita sama-sama butuhkan bu ? kata saya.
Akhirnya bu Misna menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin menegang??ah?ah?.ahhhh dik nikmat dik, terus dik ? desahnya
Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri?..ahhhhh?uhhh?..ahhhhh dik udah dik ? ibu nggak tahan.
Tapi tangan bu Misna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan?..tangan saya langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar dari samping cdnya.
Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Misna??..ah?ahhhh?ahhhh dik terus dik terus?enak banget ? desahnya dengan logat jawa yang kental.
Akhir dengan seijin bu Misna?..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Misna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek memek tersebut?sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Misna semakin mendesah tidak karuan?..dik ahhhh enaaaaak dik?enaaaaaakkkkk banget.
Dan ciuman saya terus bergerak turun?..akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat memek yang kemerah-merahan tersebut, ahhh berhenti dik?jangannnnn? kata bu Misna setelah tahu saya telah menjilat memeknya??saya berhenti dan bertanya, kenapa harus berhenti bu ?
Jangan dijilat dik memek ibu?.jijik dan jorok ? kata bu Misna
Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu ? kata saya
Ndak?? kata bu Misna
Wah rugi bu ? kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek.
Rugi kenapa dik ? tanya bu Misna

Rasnya nggak kalah sama *******in memek ibu?.dan juga bikin tambah nafsu ? kata saya sambil langsung menjilat memek bu Misna?..setelah menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah oleh lender kenikmatan??.lidah terus kuputar dirongga memek sehingga menambah kenikmatan?.ahhh?ahhhhhh dik??.uhhhhh?.ahhhhh?nikmat banget dik ? terus dik?terus..jilatin memek ibu?.ya disitu dik?terus ?.terus saat itil bu Misna aku jilatin dan aku sedot??.ahhhhh?ahhhhhh?.uhhhh? ..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar?ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar?.kepala saya langsung ditekan kememek bu Misna dengan keras?..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Misna.

Ibu Misna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru didapatnya??.sambil berkata, benar dik Irfan ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget?..tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan baju??.sedangkan cd bu Misna langsung diumpetin kekolong kursi,?.ternyata anak bu Misna yang kedua pulang dari tempat belajarnya.Setelah anaknya masuk?..langsung bu Misna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ? Ibu belum puas ya?? Goda saya, ibu tersipu sambil berkata??.iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal seperti ini??..apalagi memek ibu pengin dientot pakai ****** dik Irfan biar sama2 bisa puas?kan dik Irfan belum keluar ? kata bu Misna. Iya sih bu?.nanggung rasanya ******ku ini ? tapi udahlah bu?karena malam ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah pulang.

Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu?..sambil tangan saya meremas buah dadanya. Ahhhh..dik Irfan, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan?..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik ? kata bu Misna Boleh?boleh bu ? tapi benar ya bu?.iya besok jam 10. pagi kata bu Misna sambil tersenyum.Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Misna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium?..ah dik Irfan kok gak sabaran sih ? kata bu Misna. Saya nggak peduli?langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Misna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Misna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut ? aaaaaaahhhhhhhh dik??..dilepas dong bajunya kata bu Misna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang. Kembali saya cium bibir bu Misna?terus turun kesemua lekuk tubuhnya..ahhhhh?.uhhhhh?hisap tetek ibu ??hisap ? mulutku langsung pindah ke susu bu Misna?.sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal dan hangat, ahhhhh?..uhhhhhh?..dik??nikmat ??dik?..ib?.uuu sudah lama nggak merasakan *******?terus?..teruuuuuusssss dik ?

Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang?..langsung saya jilat?.dan saya sedot itil bu Misna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Misna pun tanpa diminta langsung menngemut ****** saya?..uhhhhh nikmat sekali buuuuu ? ****** saya terus diemut keluar masuk mulut bu Misna sambil dipijat?..uhhhhh?.ahhhhhhh?.en ak sekali buuuuu, saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu Misna??sambil tangan saya sedikit menusuk-nusuk anusnya??aduhhhhhh dik?.apalagi ini??enaaaaaak banget dik?..ahhhhhhhh??.ahhhhhhhhhh, tiba2 ibu Misna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis.Aku biarkan bu Misna istirahat sejenak?sambil terus memainkan putting susunya yang masih menegang??setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Misna dengan ciuman sehingga ibu Misna kembali memberikan reaksi yang lebih panas??..ahhhhhh?.uuuhhhhhhh?. dik, ayao dik entotin memek ibu?..ibu sudah kangen dientot?..ahhhhhhhhh, sayapun memutar tubuh bu Misna untuk mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Misna yang menantang?dengan perlahan kumasukkan batang ****** secara perlahan?karena terdengar ibu Misna menjerit seraya berkata perlahan dik?..memek ibu sudah lama gak dientot??perlahan aku masuk dan keluarkan ******?.hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Misna ??dan reaksi bu Misna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan pantatnya yang besar?****** saya terasa ditarik dan dipijit dengan nikmatnya?..ahhhhhh?.uuuuuuuhh hhhhhh?buuuuu?ueenna aaak sekali memek ibu ?

Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali tusukan setangah ****** dan sekali tussukan ****** hingga amblas ke memek bu Misna??sepuluh menit kemudian desahan bu Misna semakin keras?..ahhhhhhh dik?memek ibu enak banget?..uhhhhhh ****** adik enaakk banget??uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuu uu..ahhhhhh Terus dik?memek ibu udah nggak kuat??.dik?..dik ?dik Irfan??ibu kekkeeluaaaarrrrrr?..ahhhhhhhh hh, desahan bu Misna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan.Setelah istirahat sejenak?bu Misna langsung mengurut ******?dan mengemutnya dengan lincah sekali?..ahhhhh bu??uuuhhhhhh nikmat sekali bu ? desah saya??kemudian bu Misna berhenti sambil berkata?.dik Irfan sesuai janji ibu semalem?.maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak terlupakan bagi ****** dik Irfan ?

Ibu Misna langsung mengambil posisi di atas?setelah mengurut ******ku beberapa saat?.bu Misna langsung ngangkang dengan membimbing ******ku untuk memasuki lubang memeknya??..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi, kali ini memek bu Misna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat??oooooohhhhhh??ahhhhhh? ?uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu??..ohhhhhh ****** saya ibu apain?..uuhhhhhh nikmat banget bu ? Ibu Misna hanya menjawab dengan desahan nafsnya??ahhhhhhh??.uuuuuuhhhh hh dik?memek ibu juga nikmat sekali??.pantat bu Misna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat,?.sehnggga membuat ******ku terasa sangat nikmat?..melebihi yang aku rasakan dengan istri??ooooooohhhhhhhh?..uuuuu uhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu???nggak percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman?sepsrti bu Misna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati.

Ahhhhhhhh?..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan??.sebentar dik Irfan, bareng sama ibu?kata bu Misna sambil terus menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah?.ahhhhh?..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali?.ahhhhhh dik ibu juga mau keluar??..ya bu aku juga??.ahhhhhhhhh???ibu Misna mengejang dan terasa lendir membahasi ******?..terus goyang?bu ?.terus ?.nikmat buuuuuuuu?ahhhhhhhhhhhhh aku menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Misna secara kuat???akhirnya kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak kedua. Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari? maka dua hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin??itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan mendapat senasi kenikmatan yang luar biasa dengan me******* wanita usia 35 ? 42 tahunan, sehingga ****** saya yang normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena tempat bu Misna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut?.terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan.

---TAMAT---
readmore »»